<div><span style="line-height: 1.42857;">Medan, </span><span style="line-height: 1.42857; font-weight: bold; font-style: italic;">NU Online</span><br></div><div>Program Gerakan Amal Sumbang Sampah (GASS) yang digagas Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBI) Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Sumatera Utara (Sumut), terus mendapat dukungan dari masyarakat. Kali ini, 800-an siswa Sekolah Namira, Jalan Setiabudi Pasar I Tanjung Sari Medan, mendonasikan sampah anorganiknya untuk LPBI-PWNU Sumut.</div><div><br></div><div>Tidak tanggung-tanggung, para siswa Namira bukan hanya mengumpul sampah dari sekolah tapi juga dari rumah masing-masing. Lalu, saecara tertib para siswa mulai dari tingkat TK, SD, hingga SMA dan SMK menyerahkan langsung sampah anorganiknya kepada pengurus LPBI-PWNU, Jumat (9/9) lalu.</div><div><br></div><div>Sebelum pengumpulan sampah, terlebih dahulu dilakukan penandatanganan naskah Memorandum of Understanding (MoU) atau kerjasama antara LPBI-PWNU Sumut dan Sekolah Namira. Naskah MoU ditandatangani Ketua LPBI-PWNU Sumut Mrwan Azhari Harahap, Ketua Yayasan Fajar Diinul Islam (YFDI) drg H Amir Salim MKes diawakili Sekretaris Muzanni Lubis SPdI, Kepala TK Namira Aryani Tarigan, Kepala SD Syafrizal, Kepala SMP Syafrina Khairatun Nizwah, dan Kepala SMK Nurhaida O Siregar.</div><div><br></div><div>Penandatangan naskah MoU disaksikan Bendahara LPBI-PWNU Sumut Tamrin Harahap, dan Wakil Ketua Ishak Juharsa Harahap, serta para guru Sekolah Namira. </div><div><br></div><div>Dalam acara yang digelar di halaman Sekolah Namira, Jalan Setiabudi Pasar I Tanjung Sari Medan, Ketua LPBI-PWNU Sumut Marwan Azhari Harahap mengatakan, program Gerakan Amal Sumbang Sampah (GASS) bertujuan menggerakkan potensi umat untuk beramal dengan menyumbangkan sampah, atau barang bekas yang masih bernilai ekonomi. Selanjutnya sampah tersebut akan dikonversi menjadi aneka kebutuhan pokok atau uang untuk membantu para korban bencana dan kegiatan kemanusiaan lainnya.</div><div><br></div><div>Adapun jenis sampah yang dapat disumbangkan adalah sampah anorganik, yakni sampah yang tidak bisa terurai atau tidak membusuk, seperti sampah plastik, karton atau kertas, dan sampah logam.</div><div><br></div><div>"LPBI ingin mengubah cara pandang masyarakat terhadap sampah. Karena dalam sampah anorganik terkandung nilai ekonomi. Hampir 50 jenis sampah bisa dimanfaatkan. Jadi ketimbang dibuang yang bisa mengakibatkan banjir, lebih baik disumbangkan untuk bantuan kemanusiaan lewat LPBI-PWNU Sumut," kata Marwan.</div><div><br></div><div>Marwan menyatakan siap menjemput ke rumah atau kantor yang ingin mendonasikan sampahnya untuk korban bencana dan kemanusiaan. "Saya siap dihubungi melalui telepon 082370704321," tutur penggiat pelesatrian lingkungan hidup.</div><div><br></div><div>Sekretaris YFDI Muzanni Lubis menyatakan, bersedakah kini tak mesti pakai uang, tapi bisa lewat sampah anorganik yang selama ini dibuang begitu saja. "Ayo terus sumbang sampah ke LPBI-PWNU, pahalanya sangat besar karena untuk korban bencana dan kemanusiaan," kata Muzanni yang juga Kepala SMA Namira.</div><div><br></div><div>Kepala SMK Namira Nurhaida O Siregar berharap, sumbang sampah akan dilakukan secara berkesinambungan. Sebab, program ini akan mendatangkan kebajikan dengan cara sederhana. Karena itu, pihaknya akan membentuk komunitas sumbang sampah di sekolah tersebut.</div><div><br></div><div>"Selain beramal untuk korban bencana dan kemanusiaan, sumbang sampah ini akan mendukung program sekolah Adiwiyata, yakni sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan," kata Nurhaida. <span style="font-weight: bold;">(Hamdani Nasution/Fathoni)</span></div>
