<p>Batang, <strong><em>NU Online</em></strong><br />Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Kabupaten Batang, Jawa Tengah, melakukan aksi solidaritas atas meninggalnya salah satu anggota mereka, Aminudin (30), warga Desa Karangtengah, Kecamatan Subah, Kabupaten Batang.<br /><><br />Aminudin diduga menjadi korban kelalaian atau malpraktek saat dirawat di RSUD Batang. , Senin (13/4), organisasi semiotonom Gerakan Pemuda Ansor ini mendatangi DPRD Kabupaten Batang dan menyampaikan keluhan mereka atas pelayanan RSUD Batang yang dinilai tidak memihak rakyat kecil.<br /><br />Ketua GP Ansor Kabupaten Batang Umar Abdul Jabar menjelaskan, RSUD seharusnya memberikan jaminan kesehatan kepada masyarakat tanpa memandang apakah masyarakat tersebut mampu atau tidak. Tapi RSUD Batang malah berlaku sebaliknya.<br /><br />“Memang Aminudin mendapatkan perlakuan yang tidak sesuai prosedur, penanganan yang diberikan terkesan lamban dan yang bersangkutan dibiarkan begitu saja tanpa ada kejelasan meskipun sudah dirawat selama 11 hari,” tutur Umar didampingi anggota Banser M Huda.<br /><br />Saat masuk ke RSUD, korban ditangani bukan oleh dokter spesialis bedah atau tulang, melainkan oleh KOAS atau dokter magang. Padahal, korban mengalami luka cukup parah dan patah tulang akibat terkena alat pemotong rumput. Namun ketika di IGD RSUD, korban hanya dijahit luka tanpa memperhatikan patah tulang yang dialami.<br /><br />“Kami cuma ingin menuntut agar pihak RSUD memperbaiki sistem pelayanan, meminta Bupati Batang untuk mengevaluasi secara menyeluruh terhadap organisasi, sumber daya manusia dan kinerja RSUD serta meminta DPRD untuk menindaklanjuti dengan membentuk Pansus,” ujarnya.<br /><br />Amat Dasari selaku kakak kandung korban menjelaskan, selama di rumah sakit, korban juga terkesan mendapat perawatan ala kadarnya, bahkan sempat tidak mendapatkan kunjungan dari dokter spesialis selama 3 hari. <br /><br />Pihak rumah sakit juga sempat menyatakan akan melakukan amputasi terhadap kaki korban. Pada tanggal 30 Maret keluarga dipanggil perawat bahwa keputusan dari RSUD dan dokter sudah final, yakni akan melakukan amputasi dan keluarga diminta tanda tangan surat persetujuan.<br /><br />“Setelah 11 hari dirawat, yakni tanggal 31 Maret, kondisi korban menurun hingga dipindahkan ke ICU. Kemudian dokter menyatakan jika korban sudah membaik setelah mendapatkan perawatan di ICU. Dan informasi yang diperoleh, korban terkena tetanus,” terangnya.<br /><br />Amat mengatakan, selama di IGD saat pertama kali masuk, keluarga tidak melihat jika korban disuntik antitetanus, begitu juga selama menjalani perawatan. Akibat kejadian tersebut, Rabu (1/4), korban semakin kritis dan kemudian dirujuk ke RS Siti Khotijah Pekalongan. Namun setelah mendapatkan perawatan, korban akhirnya meninggal dunia.<br /><br />Ketua Komisi B DPRD Kabupaten Batang Edi Siswanto yang menemui perwakilan GP Ansor, Banser dan juga keluarga korban menyatakan bahwa pihaknya akan segera melakukan kroscek terkait kasus ini. Selain itu, dengan adanya laporan semacam ini, pihaknya akan membuat pansus untuk menindaklanjuti kasus ini.<br /><br />“Kami merasa prihatin dengan adanya kejadian semacam ini, untuk itu akan segera kami tindaklanjuti dengan membentuk pansus dan kami akan melakukan kroscek ke RSUD serta memanggil pihak RSUD untuk mengkonfirmasi hal ini,” tegas Edi.<br /><br />Anggota Komisi B Yuswanto menambahkan, laporan ini akan segera ditindaklanjuti dengan akan melaksanakan rapat kerja, jangan sampai nantinya ada kasus lain yang terjadi. “Kami akan segera melakukan rapat kerja dengan pihak RSUD dan tidak akan menunda lama. Kami tidak ingin masyarakat tidak percaya lagi pada pemerintah, khususnya bidang kesehatan,” imbuhnya. <strong>(Muhammad Imron/Mahbib)</strong><br /><br /><br /><em>Foto: Banser saat berkunjung ke DPRD</em></p>
Nasional
Ada Malpraktek, Banser Batang Tuntut Perbaikan Layanan RSUD
- Rabu, 15 April 2015 | 11:31 WIB
