Bantuan Minim, LPBI NU Rencanakan Bangun Rumah Korban Kebakaran

Ponorogo, <span style="font-style: italic;"><span style="font-weight: bold;">NU Online</span></span><br>Keluarga Adi Witono, warga Dukuh Kayen Desa Krebet Kecamatan Jambon Kabupaten Ponorogo tidak kuasa menolak kuasa Allah SWT. Ditengarai, asap api di timbunan jerami yang tidak begitu besar tapi terembus angin kencang telah memicu kebakaran rumahnya yang hanya berdinding bambu, Senin (31/7).<br><br>Akhir-akhir ini angin kencang memang sedang mendera wilayah Ponorogo. Kini tidak ada satupun harta yang tersisa dan kerugian mencapai sekitar dua puluh juta rupiah. Sehari setelah kejadian, berita kebakaran rumah Adi Witono menyebar ke seluruh pelosok Ponorogo, baik melalui cerita dari mulut ke mulut maupun media sosial.<br><br>Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBI NU) Ponorogo segera menerjunkan tim R&amp;D dan TRC untuk menggali data, Selasa (1/8). Dari observasi itu diperoleh informasi langsung dari kurban, sampai saat itu belum ada satu pihakpun kecuali simpati tetangga dan sanak saudara.<br><br>“Saya melihat beberapa tetangga menjenguk sebagai tanda empati. Saya belum melihat kegiatan kerja bakti,” kata Tony dari tim R&amp;D. “Sementara kurban sekeluarga ditampung di rumah orang tuanya. Rumah orang tua korban juga sederhana tapi sudah berdinding batu-bata,” kata Muhibudin dari tim TRC.<br><br>Keluarga Adi Witono diketahui merupakan keluarga miskin. Adi Witono dan istrinya hanya mampu bekerja sebagai buruh tani. Dari empat anak, dua di antaranya dititipkan di Panti Asuhan Al-Ikhlas binaan PCNU Ponorogo. Saat ini anak sulung Adi sekolah di MA Ma’arif Putri Ponorogo. Sedangkan adiknya siswi MTs di lembaga yang sama. Sementara dua lagi tinggal bersama pak Adi dan istrinya.<br><br>Melihat hal ini, LPBI NU Ponorogo menaruh perhatian penuh. Sejauh ini aliran sumbangan yang masuk ke LPBI NU berasal&nbsp; dari para donatur, bahkan beberapa pengurus juga ikut memberikan sumbangan.<br><br>“Karena Adi ini warga NU, sudah sepantasnya kami ikut membantu. Apalagi berdasarkan laporan belum ada bantuan pemerintah, masih sekadar diusulkan. Padahal kurban ini sudah tidak punya apa-apa lagi. Rumah itu satu-satunya harta yang berharga,” kata Ketua LPBI NU Ponorogo Ahmad Subeki.<br><br>Minimnya bantuan yang diterima Adi mendorong LPBI NU Ponorogo untuk segera berbuat lebih banyak. Satu tim dipimpin ketuanya menyambangi tempat tinggal Adi Witono untuk menyerahkan bantuan, Kamis (3/8). Untuk bantuan tahap awal, LPBI NU Ponorogo menyerahkan seperangkat kompor gas, peralatan masak, pakaian layak, buku tulis dan paket sembako kepada keluarga Adi Witono.<br><br>“Kami melihat kebutuhan masak memasak yang diperlukan kurban saat ini. Makanya pada tahap awal ini kami menyalurkan peralatan masak,” kata Sekretaris LPBI NU Ponorogo Novi Trihartanto.<br><br>Adi Witono ditemani istri dan kerabatnya menyambut hangat kedatangan tim LPBI NU Ponorogo. Saat itu ia mengaku pasrah dengan musibah yang dialaminya.<br><br>“Saya belum punya rencana apa-apa untuk membangun lagi rumah saya. Semoga saja ada jalan keluar. Kalau mas-mas ini bisa membantu, kami ucapkan terima kasih,” tutur Adi dengan raut wajah sendu. Sejenak anggota tim tampak terhanyut dengan rasa iba yang mendalam.<br><br>Tidak mau terlalu larut dengan rasa sedih, tim LPBI NU Ponorogo segera mengajak Adi menemani mereka meninjau lokasi bekas rumahnya yang terbakar. Benar, tidak satu pun barang tersisa, hanya pondasi dari batu bata yang masih utuh. Menurut penuturan istri Adi, ia hanya sempat menyelematkan gas elpiji, lainnya luput dari jangkauan karena api sudah tidak bisa dipadamkan. Tidak jauh dari lokasi bekas rumah teronggok bangkai sepeda yang ikut terbakar. Padahal itulah tulang punggung mobilitas Adi sehari-hari. Untungnya keluarganya masih ada yang merelakan sepedanya dipinjam Adi untuk kerja.<br><br>Tim LPBI NU saat itu mengumpulkan data mengenai luas tanah dan bangunan serta beberapa perabot yang mungkin masih bisa dimanfaatkan. Tapi tim belum berani menawarkan bantuan selanjutnya, meskipun sudah ada rencana untuk membangun rumah Adi. Tim masih harus bertemu dengan Kepala Desa setempat untuk berkoordinasi. Setelah bertemu Jemiran Kepala Desa Krebet, ia mengiyakan bahwa Adi adalah termasuk keluarga sangat miskin. Dari Jemiran juga diperoleh penjelasan bahwa pihaknya sudah mengusulkan ke Dinas Sosial agar membangun rumah Adi, tapi belum memperoleh jawaban yang pasti.<br><br>“Sampai saat ini belum ada bantuan datang, hanya dijanjikan dari Dinsos berupa tenda huni sementara, tetapi belum datang juga,” ungkap Jemiran. “Padahal Adi itu benar-benar miskin, untuk membangun rumahnya dulu saja, ia pakai uang pinjaman.”<br><br>Informasi dari Kepala Desa Krebet ini memantapkan pihak LPBI NU Ponorogo untuk melanjutkan rencana membangun rumah Adi. Sejauh ini, para anggota LPBI NU Ponorogo yang berasal dari anggota Banser sudah sering melakukan bedah rumah. Dengan demikian LPBI NU Ponorogo sudah memiliki SDM yang memadai. Untuk pendanaan, pihaknya akan menggandeng LAZISNU Ponorogo.<br><br>“Untuk SDM kami siap, karena teman-teman Banser sudah biasa membangun atau rehab rumah. LAZISNU tentu akan menjadi mitra kami untuk merealisasikan misi mulia ini,” kata Ketua LPBI NU Ponorogo Ahmad Subeki.<br><br>Ketika dikonfirmasi, Sekretaris LAZISNU Ponorogo Sumarlin juga menyetujui rencana ini. “Memang sebaiknya dikonsep bangun rumah si kurban kembali,” kata Sumarlin.<br><br>Mulai Kamis (4/8) pihak LPBI NU Ponorogo membicarakan teknis program bersama LAZISNU Ponorogo. Sesuai rencana, hari Sabtu atau Ahad tim kembali menyalurkan bantuan sembako dari para donator sekaligus memastikan data dan kebutuhan pembangunan rumah Adi Witono. (<span style="font-weight: bold;">Red Alhafiz K</span>)<br><br>

Nasional LAINNYA