Dikotomi Islam-Nasionalis dalam Pilpres Tak Lagi Layak

Jakarta, <em><strong>NU Online</strong></em><br /> Sekretaris Jenderal PBNU Dr Endang Turmudi berpendapat dikotomi untuk mengusung calon presiden berdasarkan golongan Islam dan Nasionalis sebagaimana diusulkan dengan pembentukan poros tengah pada pemilu 2009 tak lagi layak.<br /> <br /> &ldquo;Untuk konteks sekrang ini sudah tidak layak, yang terpenting bagaimana kita bekerjasama tetapi tidak berdasar pada Islam atau nasionalis, tapi pada kesamaan visi atau tujuan,&rdquo; katanya di Jakarta, Jum&rsquo;at (12/12).<><br /> <br /> Apalagi saat ini, menurut Peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) ini, dikotomi antara Islam dan nasionalis sudah agak mencair. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang merupakan partai sekuler saat ini juga sudah membentuk Baitul Muslimin untuk mendekatkan diri pada kalangan santri.<br /> <br /> &ldquo;Paling tidak partai-partai sekuler dipermukaan sudah menunjukkan simpatinya pada umat Islam, meskipun begitu perlu dibuktikan dalam program nyata mereka atau kiprah mereka di DPR nanti, apakah mendukung kepentingan umat Islam atau tidak,&rdquo; ujarnya.<br /> <br /> Di sisi lain, partai politik Islam seperti Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tampaknya sudah siap-siap untuk mengusung calonnya sendiri sehingga upaya penyatuan langkah dalam poros tengah yang sukses mengantarkan Gus Dur pada tahun 1999 akan sulit terulang.<br /> &nbsp;<br /> Sebelumnya Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin mengusulkan agar Parpol Islam atau berbasis massa Islam membentuk koalisi strategis menjadi poros tengah untuk menyatukan suara umat Islam. <br /> <br /> Menurut mantan ketua cabang IPNU ini, kekuatan politik Islam yang tersebar di banyak parpol hendaklah tidak menjadi titik lemah tapi justru menjadi kekuatan umat Islam pada ranah politik. <br /> <br /> Banyaknya parpol Islam selain berpotensi memecah belah umat Islam, juga dapat membawa kekalahan politik. Apalagi selama ini perolehan suara parpol Islam dan parpol berbasis massa Islam pada beberapa Pemilu cenderung konstan di bawah 40 persen.<br /> <br /> Karena itu perlu diciptakan simpul-simpul lingkaran yang membuat ikatan kuat, khususnya pada persoalan strategis seperti pada masalah-masalah kebangsaan dan pemilihan Presiden dan Wapres. Jika hal itu tidak dilakukan maka kekuatan politik Islam akan melemah dan parpol-parpol Islam hanya menjadi pelengkap penyerta dari arus kekuatan politik lain. (mkf/ant)<br />

Nasional LAINNYA