<P>Tulungagung, <STRONG>NU Online</STRONG><BR>Penghitungan akhir perolehan suara Pemilu Presiden (Pilpres) putaran II di Kabupaten Tulungagung yang dilakukan KPUD setempat telah mencapai final. Dari jumlah pemilih tetap sebanyak 739.372 orang, 163.239 orang atau sekitar 22 persen diantaranya tidak menggunakan hak pilihnya alias golput. Ini berarti persentase angka golput mengalami peningkatan, meski tidak terlalu besar, jika dibandingkan dengan Pilpres putaran I lalu yang hanya 20 persen.</P>
<P>Walaupun demikian, tingkat partisipasi masyarakat dalam mensukseskan Pilpres putaran II tetap lebih tinggi. Buktinya, sebanyak 78 persen atau 576.133 orang memilih datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) dan menyalurkan aspirasi politiknya. Dari jumlah itu, suara sah mencapai 568.022 suara, sementara suara tidak sah karena rusak, salah coblos dan lain-lain, sebanyak 8.111 surat suara.</P><>
<P>Meningkatnya jumlah golput sebesar 2 persen tersebut ditanggapi dingin oleh Ketua Pokja Pemungutan dan Penentuan Hasil Suara KPUD Tulungagung, Adib Makarim, S.Ag. “Pemilih yang tidak ikut mencoblos pada Pilpres II kali ini memang tidak ada peningkatan yang cukup berarti bila dibandingkan Pilpres I, karena hanya meningkat 2 persen,”tandas Adib, usai acara penghitungan perolehan suara Pilpres II secara manual di halaman KPUD, Senin (27/9).</P>
<P>Menurut dia, ada sejumlah faktor yang menyebabkan sebagian masyarakat tidak menggunakan hak pilihnya, baik yang disengaja atau tidak disengaja. Diantaranya, karena Capres – Cawapres yang mereka dukung pada Pilpres I sudah tersingkir. Karenanya, mereka lebih baik golput dari pada mencoblos dua pasangan Capres-Cawapres yang bertarung pada Pilpres II. Ini berarti ada faktor kesengajaan untuk tidak menyalurkan haknya.</P>
<P>“Selain itu kita juga melihat cukup banyak anggota masyarakat yang pergi ke luar negeri maupun ke luar daerah dengan alasan kerja atau alasan lain, saat Pilpres II berlangsung. Dalam hal ini mereka terkendala oleh waktu dan kesibukan, sehingga tidak sempat mendatangi ke TPS untuk mencoblos. Ini yang tidak disengaja,”terangnya.</P>
<P>Adib menjelaskan, masih tingginya angka golput merupakan fenomena yang wajar dalam alam demokrasi. Namun dia menampik tudingan sebagian kalangan yang menyatakan bahwa banyaknya warga yang tidak mencoblos disebabkan karena lemahnya KPUD dalam melakukan sosialisasi pemilu kepada masyarakat. “Saya tegaskan, hal itu sama sekali tidak ada kaitannya dengan kurangnya sosialisasi dari KPUD mengenai proses pelaksanaan pemilu terhadap masyarakat. Karena kita sudah berkali-kali melakukan sosialisasi,”ujarnya.</P>
<P>Sementara itu dari hasil akhir penghitungan suara secara manual, pasangan SBY –Jusuf Kalla meraih 294.601 suara (51,1 %). Sedangkan Mega – Hasyim memperoleh 273.421 suara (48,9 %). Total suara yang diperoleh dua pasangan Capres-Cawapres ini adalah 568.022 suara. Kemenangan SBY - Jusuf Kalla kali ini membalik perolehan suara pada Pilpres I lalu. Saat itu Mega – Hasyim unggul dengan mengantongi 230.685 suara dan SBY – Jusuf Kalla 217.338 suara. </P>
<P>Sayangnya, data perolehan suara Pilpres II berdasarkan rekapitulasi manual KPUD Tulungagung berbeda dengan tampilan di layar Teknologi Informasi (TI) yang diolah KPU Pusat. Hingga Senin (27/9) pukul 16.00 WIB, data TI menyebutkan SBY - Jusuf kalla memperoleh 294.597 suara (51,9 %) dan Mega – Hasyim 273.232 suara (48,1 %), dengan total 567.829 suara. Dengan demikian, ada selisih 193 suara dengan hasil penghitungan manual. </P>
<P>Dikatakan Adib, perbedaan angka itu disebabkan karena ada data ganda yang dikirmkan sejumlah PPK Kecamatan ke KPU Pusat. Namun hal itu sudah diklarifikasi secara langsung kepada operator TI di Jakarta. </P>
<P>“Kita menyadari adanya perbedaan antara data TI dan manual. Tapi yang dipakai acuan oleh KPUD tetap hasil penghitungan manual, sebab ditandatangani oleh seluruh anggota KPUD dan para saksi. Sedang di TI tidak ada berita acaranya. TI diselenggarakan oleh KPU Pusat dimaksudkan untuk menyajikan data secara cepat kepada masyarakat,”tuturnya.</P>
<P>Wahid Nasiruddin</P>