<P>Tulungagung, <STRONG>NU Online<BR></STRONG>Prediksi tentang tingginya jumlah pemilih Golput di Kabupaten Tulungagung pada Pemilu Presiden (Pilpres) 5 Juli lalu, ternyata bukan isapan jempol. Bahkan angkanya kini mencapai 20 persen, lebih besar dari pada Pemilu Legislatif lalu yang hanya 17 persen. </P>
<P>Meski penghitungan suara untuk 19 Kecamatan yang ada belum selesai, namun dari hasil pemantauan terhadap 75 Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang tersebar di wilayah Kecamatan Boyolangu, Tulungagung, Kauman, Sumbergempol dan Kedungwaru, Jaringan Masyarakat Pemantau Pemilu Indonesia (JAMPPI) Tulungagung menemukan 20 persen dari jumlah pemilih yang terdaftar, bersikap Golput.</P><>
<P>“Angka ini diperoleh setelah JAMPPI Tulungagung melakukan rekapitulasi perolehan suara di 75 TPS yang dipantau oleh 75 relawan. Jumlah pemilih di lima kecamatan tersebut sebanyak 20.205 orang. Sedangkan yang tidak hadir untuk menyalurkan aspirasi politiknya di TPS sebanyak 3.876 orang. Dengan demikian, ada sekitar 20 persen yang tidak menggunakan hak pilihnya alias Golput,” terang Koordinator JAMPPI Tulungagung, Imam Ma’ruf, Selasa (6/7) kemarin.</P>
<P>Dikatakannya, pada daerah pantauan JAMPPI, pemilih golput paling sedikit berjumlah 30 orang, sedangkan yang paling banyak mencapai 100 orang di sebuah TPS. Jumlah Golput terbesar terjadi di TPS 20 Kelurahan Kepatihan Kecamatan Tulungagung. Dari daftar pemilih tetap sebanyak 251 orang, yang hadir dan mengikuti pemungutan suara hanya 151 orang. Sementara 100 orang lainnya memilih tidak mencoblos. </P>
<P>Menurut Ma’ruf, jumlah sebesar itu belum termasuk mereka yang memang sengaja tidak mendaftarkan diri sebagai pemilih pada Pilpres lalu. Dalam hal ini, pihaknya juga menengarai, tingginya angka golput terjadi pula di TPS-TPS yang tidak dapat dipantau oleh relawan JAMPPI. </P>
<P>Menanggapi tingginya angka Golput dalam Pilpres 2004, Ketua Pengurus Cabang (PC) PMII Tulungagung, Agus Salim, menganggap hal itu sebagai sebuah kewajaran. Bahkan jauh hari sebelumnya, ia telah memprediksi jumlah Golput di Kabupaten Tulungagung akan mengalami peningkatan cukup signifikan.</P>
<P>“Kita tidak terlalu terkejut melihat fenomena Golput yang terjadi. Sebab, sejak awal kita sudah memperkirakan pemilih Golput akan meningkat. Ini berarti wacana yang dikembangkan PMII mengenai pilihan Golput dalam menghadapi Pilpres langsung, cukup berhasil. Sehingga akhirnya masyarakat akan bisa mengevaluasi kembali bagaimana proses dan hasil dari berlangsungnya perhelatan demokrasi tersebut,”tandas Agus.</P>
<P>Ia melihat, pilihan Golput itu tidak muncul begitu saja, tanpa ada alasan yang jelas. Sebagian masyarakat saat ini menilai bahwa 5 pasangan Capres dan Cawapres yang bertarung memperebutkan kursi RI-1 dan RI-2 itu nampaknya tidak sesuai dengan kehendak rakyat. Karena para kandidat itu tidak mampu mencerminkan representasi dari rakyat secara umum.</P>
<P>Sementara itu anggota KPUD Tulungagung, Zaini Fasya, ditemui secara terpisah, menolak anggapan sebagian kalangan yang menyatakan jika tingginya angka Golput di Kabupaten Tulungagung disebabkan karena kegagalan KPU dalam melakukan sosialisasi. Pada umumnya, masyarakat memandang pasangan Capres dan Cawapres yang ada masih kurang ideal.</P>
<P>“Golput itu merupakan sikap pribadi masyarakat. Mereka memiliki hak untuk menentukan apapun pilihannya, termasuk Golput. Bahkan dalam sebuah Pemilu di negara maju seperti Amerika Serikat, hanya dihadiri oleh 30 persen pemilihnya. Namun demikian, betapapun besarnya jumlah Golput, Pemilu tetap diakui sah,” tandas Zaini.(kd-wns) <BR> <BR></P>
