Surabaya, <strong><em>NU Online<br />
</em></strong>Pihak-pihak yang mengaku sebagai golongan putih (golput) alias tidak memberikan suara dalam pemlihan umum (pemilu) dan pemilihan kepala daerah (pilkada) tidak boleh bersikap acuh dan tak peduli terhadap situasi. Golput adalah golongan orang-orang yang berhati putih, punya niat yang bersih dalam memperjuangkan keadilan dan penyelenggaraan pemerintahan yang bersih.<br />
<br />
Demikian dikatakan Bambang Sulistomo, putra Bung Tomo, dalam “Kongres I Sekretariat Bersama Golongan Putih Indonesia” bertajuk <em>Menggagas Politik Perubahan di Antara Perubahan Politik </em>yang berlangsung di Gedung Juang 45 Surabaya, Sabtu (8/11). Hadir sejumlah tokoh nasional yang selama ini giat memperjuangkan terselenggaranya pemerintahan yang bersih, antara lain Ir KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah), Dr Tjuk K Sukiadi, Dr Soetanto Soephiady, dan sekitar 200 undangan lainnya.<><br />
<br />
Menurut Bambang yang juga Sekjen Golput Indonesia, golput tidak boleh didefinisikan dalam arti pasif, tidak melakukan apa-apa. “Masih banyak saudara-saudara kita di sini dan dalam pemerintahan yang memiliki hati putih,” katanya.<br />
<br />
Golongan Putih, lanjut Bambang, mencoba mencari terobosan terseleggaranya sistem pemerintahan yang benar, karena partai politik sekarang cenderung hanya untuk memperoleh kekuasaan.<br />
<br />
Angka golpot di Indonesia terhitung sangat tinggi. Dalam pemilihan gubernur di Jawa Timur putaran kedua kemarin bahkan angka ini hampir menyentuh 50 % pemilih. Di Jombang angka golput melebihi 43.65 % perolehan dua kandidat yang sedang bersaing. Di Banyuwangi angka golput mencapai 50 persen, meningkat dari angka golput pada putaran pertama 40.59 %.<br />
<br />
Pengasuh Pesantren Tebuireng Jombang Gus Sholah yang hadir dalam kongres gulput Indonesia itu mengataan, golput terjadi karena masyarakat tidak percaya sistem. Masyarakat melihat situasi yang serba tidak menyenangkan, tidak memuaskan, atau tidak sesuai dengan harapan.<br />
<br />
“Kesamaannya satu, yaitu ketidakpercayaan pada sistem. Jika dulu itu ada tiga partai, sekarang ada 38 partai. Dan banyak orang yang sudah tidak percaya sekarang, apakah mau tetap seperti dulu atau tidak,” kata Gus Sholah.<br />
<br />
Namun, menurutnya, sistem politik yang sedang berjalan lebih baik dari sebelumnya. Masyarakat tidak hanya memilih gambar tapi juga memilih langsung orang-orang yang bakal menjadi pemimpin negeri ini.<br />
<br />
“Hal itu sudah merupakan suatu kemajuan. Kita mencoba mencari orang-orang yang bisa kita percayai. Harus kita manfaatkan itu. Kalau tidak, ini berjalan seperti ini juga, kita <em>nggak</em> bisa melakukan apa-apa pun,” tegasnya.<br />
<br />
<strong>Pilgub Jatim</strong><br />
<br />
Sermentara itu Pilgub Jatim putaran kedua masih dalam tahap penghitungan. Gus Sholah menambahkan, masyarakat tidak ada pilihan lain kecuali menunggu hasilnya penghitungan KPU, sembari mengawasi upaya adanya kecurangan-kecurangan yang mungkin terjadi.<br />
<br />
Rekapitulasi suara hasil Pilgub Jatim putaran kedua yang secara resmi dilakukan oleh KPU di sejumlah daerah, Sabtu (8/11) kemarin, menunjukkan, pasangan cagub Khofifah Indar Parawansa - Mudjiono tetap unggul atas Soekarwo - Saifullah Yusuf. (sam/yus/sbh/duta)