<p><font face="Verdana">Bandarlampung, <em><strong>NU Online<br />
</strong></em>Presiden RI periode 1999-2001, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), dalam dialog pada Ngaji Majelis Silaturahmi Ulama Rakyat (Masura) di Bandarlampung, Minggu (20/5), sempat ditanyai umatnya seputar keinginan untuk ikut mencalonkan diri lagi pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2009.</font></p>
<p><font face="Verdana">Pada dialog yang dihadiri ribuan umat terdiri warga Nahdlatul Ulama (NU) dan PKB di Lampung itu, Gus Dur ditanyai, apakah masih akan mencalonkan diri lagi sebagai presiden pada pilpres yang akan datang.</font><<>;/p>
<p><font face="Verdana">Menjawab pertanyaan itu, Gus Dur menyatakan, ketika dirinya jadi Presiden beberapa waktu lalu, sebenarnya juga tidak pengin menjadi presiden itu.</font></p>
<p><font face="Verdana">"Saya dulu juga nggak pengin jadi presiden, tapi karena disuruh lima orang kyai sepuh, sehingga saya hanya menjalankan perintah saja," cetus Ketua Dewan Sura Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu.</font></p>
<p><font face="Verdana">Kenyataannya, saat itu, kata Gus Dur lebih lanjut, kendati nyaris tanpa Tim Sukses dan tanpa biaya apapun, toh dirinya akhirnya terpilih menjadi Presiden. "Mungkin karena dianggap sebagai kiai sakti, ya," celetuk Gus Dur, sehingga memancing tawa para peserta Masura itu pula.</font></p>
<p><font face="Verdana">Menurut Gus Dur, kondisi sekarang ini, sudah ada beberapa kyai sepuh itu yang meninggal dunia sehingga perlu lebih dulu dicarikan penggantinya. "Soal siapa yang menjadi penggantinya, masih rahasia," kata Gus Dur lagi.</font></p>
<p><font face="Verdana">Dalam kesempatan itu, Gus Dur juga menyatakan, pada Minggu (20/5) malam menggelar wayangan di rumahnya di Ciganjur, Jakarta, dengan memilih lakon "Semar Kuning".</font></p>
<p><font face="Verdana">Menurut Gus Dur, wayangan di rumahnya dengan lakon "Semar Kuning" untuk menggambarkan kondisi negara kita saat ini.</font></p>
<p><font face="Verdana">Dalam lakon wayang itu, tutur Gus Dur, melihat kondisi sekitarnya, Semar menjadi marah tapi tidak dapat berbuat sesuatu, sehingga menyalurkannya dalam bentuk gugat atau protes.</font></p>
<p><font face="Verdana">"Gugat itu dipilih oleh Semar untuk menunjukkan sikap di antara kemarahan dan protesnya atas keadaan saat ini," cetus Gus Dur lagi.</font></p>
<p><font face="Verdana">Gus Dur menilai, isi lakon wayang itu seperti keadaan di negeri kita sekarang ini.</font></p>
<p><font face="Verdana">"Walaupun masyarakat dapat merasakannya, tapi masih kebingungan antara mau memprotes atau tidak," demikian Gus Dur. (ant/ndi)</font></p>