<P>Jakarta, <STRONG>NU Online</STRONG><BR>Sehari menjelang pemilihan presiden (pilpres) putaran ke-2, Senin (20/9), mantan Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur tetap menyatakan golput dan menyerahkan pilihan kepada rakyat untuk memilih pasangan capres dan cawapres yang dikehendaki.</P>
<P>"Saya cuma golput, itu yang saya lakukan, tidak ada imbauan, terserah rakyat," kata Gus Dur, di Jakarta Minggu, ketika ditanyakan imbauannya untuk masyarakat menjelang pilpres 2004.</P><>
<P>Ketika ditemui seusai peresmian World Moeslim e-Center di Mesjid Istiqlal tersebut, Gus Dur menegaskan bahwa demokrasi yang sebenarnya adalah menyerahkan kepada rakyat untuk memilih atau tidak dalam pemilu.</P>
<P>Ditanya tentang kekhawatiran, pendukung capres dan cawapres yang tidak siap kalah akan melalukan tindakan anarki, Gus Dur mengaku tidak tahu. "Nggak tau, jangan tanya saya, tanya ke KPU."</P>
<P>Sementara itu, dalam sambutan peresmian World Moeslim e-Centre, Gus Dur berharap pusat informasi untuk komunitas muslim di seluruh dunia itu mampu melakukan siar keluar, sehingga memberikan gambaran yang baik tentang dunia Islam.</P>
<P>"Saya berharap pusat informasi itu, bisa keluar jangan mengharapkan orang luar yang datang ke sini," ujarnya.</P>
<P>Ia mengatakan ada perasaan di luar bahwa keberadaan Istiqlal hanya merupakan milik orang-orang tertentu bukan milik masyarakat apalagi milik umat muslim.</P>
<P>Gus Dur mencontohkan ketika anaknya, Yenny, mendirikan Wahid Institute di Jalan Duren III, Jakarta Selatan dan bukan di Istiqlal, Yenny mengatakan "Mengapa di Istiqlal, nanti sandalnya hilang."</P>
<P>Begitu pula ketika anak bungsunya, Inayah, membuat LSM untuk mendaur ulang kertas dan plastik di pembuangan sampah Bantar Gebang, tidak memilih tempat di Istiqlal karena merasa di Istiqlal merupakan milik para birokrat.</P>
<P>Gus Dur sendiri menceritakan pengalamannya saat menjadi anggota majelis pengurus MUI yang berkantor di Istiqlal tetapi sering dinilai pikirannya aneh oleh orang lain sehingga ia mengundurkan diri.</P>
<P>Selain itu, ia mengaku sering kedatangan tamu dari umat non muslim ke rumahnya dan menceritakan bahwa mereka tidak mendapatkan "perlindungan" dari umat muslim.</P>
<P>Oleh karena itu, Gus Dur berharap adanya World Muslim e-Centre tersebut dapat menjadi forum komunikasi di kalangan umat tanpa menghilangkan budaya Indonesia yang memang heterogen.(mkf/an)<BR></P>