<P>Jeddah, <STRONG><EM>NU Online</EM></STRONG><BR>Wakil Sekretaris Jenderal PBNU Drs. H. Hilmi Muhammadiyah mengatakan warga NU di Arab Saudi tidak boleh golput, semuanya harus tetap datang ke TPS pada tanggal 20 September mendatang, dan menggunakan hak pilihnya sesuai hati nurani. Pernyataan ini ditegaskan Hilmi di depan warga nahdliyin pada acara rutin hataman qur’an di salah satu kediaman warga NU di Jeddah, beberapa waktu lalu.</P>
<P>Untuk itu mengadapi pemilu tahap II, 20 September 2004 mendatang dilakukan beberapa kegiatan sosialisasi yang dilakukan Pengurus Cabang Istimewa NU Arab Saudi dan juga dilakukan oleh Konsulat Jenderal RI serta PPLN Jeddah. Hal ini dilakukan karena pada pemilu Presiden tahap I, 5 Juli lalu diwarnai oleh adanya sikap sebagian masyarakat yang tidak menggunakan hak pilihnya, terutama di wilayah Jeddah, Makkah dan sekitarnya.</P><>
<P>“Betapapun pentingnya tugas anda pada hari H itu, kiranya saudara meluangkan waktu untuk datang ke TPS cukup 5 menit saja dalam bilik, tapi selama 5 tahun kedepan pilihan anda sangat berharga, untuk membangun pilar-pilar demokrasi dan menata kehidupan berbangsa dan bernegara,” ungkap Hilmi.</P>
<P>Perlu diketahui bahwa mayoritas WNI di Arab Saudi berasal dari pulau jawa yang masih mengikuti pandangan tokoh-tokohnya terutama di kalangan TKI warga nahdliyin. Jadi dikhawatirkan nantinya banyak yang golput, pasalnya calon terpilih tak satu pun dari jagoan mereka yang masuk putaran kedua. </P>
<P>“Saya tadinya jagokan pasangan lain, tapi ya ngga masuk, makanya mau golput, karena mendengar penjelasan Wasekjen NU tadi, ya saya tidak akan golput”, menurut pengakuan Abd. Rahman warga madura yang ikut acara tersebut. </P>
<P><STRONG>Jangan Dirisaukan</STRONG></P>
<P>Terkait dengan semakin dekatnya putaran pilpres kedua yang dikhawatirkan akan mengancam keutuhan warga NU karena adanya perebutan pengaruh dan simpati kedua pasangan capres di kantong-kantong NU. Kondisi ini menurut Drs. H. Hilimi Muhammadiyah tak perlu dirisaukan. </P>
<P>Karena dengan kondisi saat ini yang seolah-olah NU ikut berpolitik praktis, hanya bersifat temporal, setelah pasca pemilu nanti akan kembali normal, kenapa demikian, menurut Hilmi karena NU sudah beberapa kali menghadapi ujian berat diantaranya pada pemilu 1971. </P>
<P>Bahkan dengan adanya opini publik yang beranggapan dengan sikap NU tersebut bisa berakibat pesantren-pesantren terpecah, tapi menurut Hilmy itu kecil pengaruhnya karena anggap saja itu <EM>demokratis exercise</EM> (political exercise). Tegas Hilmi, yang akan mengakhiri masa tugasnya di Jeddah 31 Agustus 2004 ini.</P>
<P>Menurut Wasekjen PBNU yang menjabat Staff Bidang Urusan Haji Konsulat Jenderal RI Jeddah selama tiga tahun ini, kondisi demikian akan tumbuh dari setiap komponen atau fraksi dalam NU yang saling memahami dan saling menghargai, namun demikian secara makro dan jangka panjang NU harus melakukan penguatan institusi yang memberi ruang kepada pembentukan masyarakat madani. Saran Hilmi yang akan kembali berkiprah di tanah air 1 September 2004.</P>
<P>Ikhtiyar-ikhtiyar yang dilakukan oleh NU haruslah mengarah pada kerja-kerja kultural seperti pemberdayaan pendidikan dan peningkatan SDM serta merespon isu-isu internasional tentang demokratisasi, terorisme, persamaan hak wanita dan pria dan pembentukan <EM>good governance</EM>. Harap Hilmi, yang sering mendampingi tokoh-tokoh NU saat melaksanakan ibadah umrah di tanah suci. (Yasin Santu -Jeddah)</P>