Ketua LP Ma'arif: Kenalkan Islam Inklusive di Sekolah

<P>Jakarta, <STRONG>NU Online</STRONG><BR>Islam sebagai agama  yang toleran dan menghormati pluralisme harus dikenalkan sejak dini di sekolah. Hal itu untuk menghindari radikalisme dalam pemahaman dan pengamalan agama.  "Dalam mengembangkan pelajaran agama di sekolah umum hendaknya dikenalkan Islam sebagai agama yang <i>rahmatan lil alamin</i> . Islam itu mengakui  pluralisme dalam kehidupan berbangsa  dan bernegara. Kepada anak didik kita di sekolah harus sedini mungkin kita kenalkan Islam sebagai agama yang toleran  dan menghormati pluralisme,"ujar Ketua LP Ma'arif KH Nadjid Muchtar, MA di hadapan puluhan guru agama di kantor PBNU, Graha Nahdliyah Lt 5, Jakarta, Senin (8/3)</P> <P>Sebanyak 60 guru  yang tergabung dalam Musyawarah Guru Pengajar Mata Pelajaran  (MGPM)  se-Kota Surabaya mendatangi PBNU.  Kehadiran para pengajar Pendidikan Agama Islam (PAI)  tingkat SLTP   tersebut dalam rangka mencari masukan dari Lembaga Pendidikan Maarif NU untuk meningkatkan  mutu pendidikan agama di sekolah negeri. </P><> <P>"Kami bertukar pikiran soal pelajaran  agama di sekolah negeri. Agaknya kita belum melakukan  mendidik tapi baru pengajar. Tugas kita selama ini ditekankan pada transfer ilmu pengetahuan saja, tidak mendidik disertai teladan agar siswa menjadi mengerti dan mendalami pelajaran agama. Kepada mereka kita harus meberikan teladan dalam memahami Islam yang inklusive,"lanjut  dosen UIN Jakarta tersebut.</P> <P>Ditegaskan,   dalam beberapa tahun terakhir Islam dituding sebagai agama penuh nuansa kekerasan. Para siswa juga kurang bergairah mempelajari Islam, sebab telah tertanam stigma  itu sebelumnya. "Oleh karena itu, adalah tanggungjawab kita semua sebagai pengajar, untuk memberikan pemahaman baru kepada mereka. Islam itu tidak seperti dalam stigma tersebut,"jelasnya.</P> <P>Sementara itu, dari pihak MGPM mengeluhkan rendahnya pemahaman dan pengamalan pelajaran agama di sekolah negeri. Seolah-olah  pelajaran agama di sekolah umum  menjadi momok yang harus dijauhi. Selain itu, perhatian pemerintah terhadap materi agama juga kurang mendapat porsi. </P> <P>"Seharusnya kita mendapatkan 3 jam palajaran, 1 jamnya untuk praktek. Tapi selama ini hanya untuk teori saja,"ujar salah seorang guru dari Surabaya.</P> <P> </P> <P>LP Maarif sekalu lembaga di bawah PBNU  diminta terlibat dalam memberikan masukan kepada pemerintah. Perhatian pemerintah dalam mata pelajaran agama sudah selayaknya ditingkatkan. (MA)</P>

Nasional LAINNYA