Kiai NU: Jelang Pilpres, Waspada Jutaan Dosa Berhamburan

KH NAsruloh Afandi
<div>Jakarta, <span style="font-weight: bold; font-style: italic;">NU Online</span><br></div><div>Bangsa Indonesia dikenal dengan kesantunan dan lemah lembutnya. Namun setiap <span style="font-style: italic;">event</span> politik tiba, bangsa Indonesia dilanda bencana berserakannya kemaksiatan di ruang publik, utamanya di medsos.</div><div><br></div><div>Demikian dikatakan KH Nasrulloh Afandi, wakil Katib NU Jateng pada acara i'tikaf di Masjid Agung Sunda Kelapa, Jakarta Pusat, Sabtu (2/2) malam.</div><div><br></div><div><span style="font-style: italic;">"Innalillahi rajiun,</span> setiap jelang <span style="font-style: italic;">event politik,</span> entah pileg, pilkada, pilgub, dan utamanya pilpres, terdapat ratusan hingga ribuan bahkan jutaan dosa-dosa disebarkan oleh elemen warga negara ini, tetapi anehnya meski melakukan dosa-dosa tersebut, mereka seperti menganggap dirinya tidak bersalah," tutur doktor alumni Universitas Al-Qurawiyin Maroko itu.</div><div><br></div><div>Berbagai kerusakan akhlak dan kemaksiatan merajalela di musim politik. "Ada hoaks <span style="font-style: italic;">(kaddab</span>), ada menggunjing <span style="font-style: italic;">(ghibah), </span>ada manuver adu domba (namimah), ada gerakan fitnah. Lalu ada saling melecehkan <span style="font-style: italic;">(istihza)</span> sesama warga negara yang berbeda pilihan politik," tutur kiai muda Pesantren Balekambang Jepara Jateng itu.</div><div><br></div><div>Ukhuwah islamiyah pun terkoyak, persahabatan renggang, hubungan dengan tetangga terganggu. " Hanya karena faktor perbedaan pilihan calon pejabat," lanjut pria yang juga pengurus pusat Ikatan Sarjana NU itu.&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp;&nbsp;</div><div><br></div><div>Padahal, lajutnya, semua paslon Capres dan Cawapres, ada kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tidak patut menjadikan kekurangan pejabat atau calon pejabat manapun untuk dalih saling caci maki, hujat menghujat antar pendukung yang berbeda pilihan. </div><div><br></div><div>"Kita harus bijaksana, pilihan politik boleh beda -beda, karena hidup di negara demokrasi. Tetapi, <span style="font-style: italic;">ukhuwah insaniyah</span> (persaudaraan kemanusiaan) dan <span style="font-style: italic;">ukhuwah wathoniyah&nbsp;</span>(persaudaraan kebangsaan) harus dijaga hingga akhir hayat. Karena <span style="font-style: italic;">event</span> politik hanya sesaat, sedangkan ukhuwah itu berlanjut hingga ke akhirat," kata pria yang juga jajaran khatib Jumat Masjid Agung Jawa Tengah itu. <span style="font-weight: bold;">(Red: Kendi Setiawan)</span></div>

Nasional LAINNYA