LP Ma’arif NU Sarankan Sistem Rotasi Sambut PTM Terbatas

Ketua PP LP Ma’arif NU KH Zainal Arifin Junaidi alias Arjuna. (Foto: Dok. Facebook Zainal Arifin Junaidi)
<p>Jakarta, <em><strong>NU Online</strong></em><br /> Seiring membaiknya situasi pandemi Covid-19, pemerintah mengizinkan pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) Terbatas di wilayah PPKM Level 1-3. Terkait itu, Ketua Lembaga Pendidikan Ma&rsquo;arif Nahdlatul Ulama (LP Ma&rsquo;arif NU) menyarankan agar PTM dilakukan dengan sistem rotasi atau shift.</p> <p><br /> Ketua PP LP Ma&rsquo;arif NU, KH Arifin Junaidi, mengatakan bahwa PTM dilakukan 50 persen secara daring di rumah dan 50 persen melalui pertemuan luring di sekolah.</p> <p><br /> &ldquo;Hendaknya PTM itu dilaksanakan secara <em>shift-</em><em>shift-</em>an, gitu. Jadi, satu kelas itu setengah dari kapasitas dengan diberlakukan sistem selang-seling. Artinya, PTM hanya 3 hari saja,&rdquo; kata dia saat dihubungi <em><strong>NU Online</strong></em> via telepon, Senin (30/8).</p> <p><br /> &ldquo;LP Ma&rsquo;arif sudah sampaikan hal itu sejak awal pandemi,&rdquo; sambung Kiai Arjuna, sapaan akrabnya.</p> <p><br /> Ia menjelaskan, PTM tak bisa ditunda hingga pandemi berakhir. Tetapi, hal itu baru bisa dilaksanakan jika pihak sekolah mampu menjalankan protokol kesehatan secara ketat, seperti guru dan tenaga kesehatan sudah melakukan vaksinasi.</p> <p><br /> &ldquo;Nah, karena sekarang vaksinnya sudah ada jadi kita tambahkan persyaratan bahwa semua yang terlibat PTM harus sudah divaksinasi,&rdquo; jelas alumnus IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta itu.</p> <p><br /> Sementara itu, capaian vaksinasi guru jelang PTM tahun ajaran baru 2021/2022 mendatang ternyata masih belum sesuai target yang ditetapkan pemerintah. Ia mengungkapkann, sebanyak 4 juta dari total 5,6 juta guru dan tenaga kependidikan (tendik) belum menerima vaksinasi Covid-19.</p> <p><br /> &ldquo;Guru merupakan frontliners atau garda terdepan dalam sektor pendidikan. Sangat penting untuk memastikan keselamatan mereka kalau PTM terbatas segera dilaksanakan. Mendorong anak usia 12-17 untuk vaksinasi juga dapat dilakukan beriringan,&rdquo; ungkap cucu pendiri Pesantren Al-Ittihad Poncol, Semarang, Jawa Tengah itu.</p> <p><br /> <strong>Gencarkan vaksinasi</strong><br /> Berdasarkan data di Kemenkes hingga 30 Mei 2021, jumlah guru dan tendik yang sudah menerima vaksinasi dosis 1 sebanyak 1.573.740 dan penerima dosis 2 adalah 980.000. Sedangkan untuk anak usia 12-17 tahun per 18 Agustus 2021, vaksinasi baru mencapai 2,4 juta untuk dosis pertama dan 917.000 untuk dosis kedua.</p> <p><br /> &ldquo;Jadi, kalau guru dan murid belum melakukan vaksinasi, ya belum bisa melakukan PTM itu. Jadi, vaksinasi harus digencarkan,&rdquo; tegas Kiai Arjuna.</p> <p><br /> Melansir situs resmi Satuan Tugas Penanganan Covid-19, pemerintah menggencarkan program vaksinasi bagi pelajar untuk mendukung persiapan pelaksanaan PTM Terbatas di daerah. Vaksinasi penting untuk melindungi insan pendidikan dan keluarganya dari potensi paparan Covid-19.</p> <p><br /> Pemerintah telah memberikan izin vaksinasi untuk pelajar atau kategori usia 12 -17 tahun sejak awal Juli 2021 dan terus mendorong pelaksanaannya di berbagai daerah. Vaksinasi pelajar diharapkan akan memperkuat persiapan menuju penerapan PTM terbatas di daerah.</p> <p><br /> &ldquo;Karena vaksinasi untuk pendidik telah berlangsung sebelumnya, sekarang tugas kita adalah melakukan percepatan vaksinasi untuk pelajar menjelang dibukanya PTM terbatas di beberapa daerah,&rdquo; ungkap Menteri Komunikasi dan Informatika, Johnny G Plate.</p> <p><br /> Menurut Menkominfo, pemberian vaksin akan memaksimalkan perlindungan dari paparan Covid-19, sekaligus memberikan rasa aman bagi peserta didik dalam mengikuti PTM.</p> <p><br /> Perlindungan melalui vaksinasi, lanjut Menteri Johnny, juga diharapkan dapat memberi rasa aman bagi orang tua untuk mengirimkan putra-putri mereka kembali ke sekolah. Pemerintah memahami kebutuhan dan kerinduan anak-anak kembali belajar di sekolah.</p> <p><br /> &ldquo;Menjadi tugas kita bersama untuk bahu-membahu menyiapkan kondisi yang kondusif agar mereka bisa kembali belajar seperti sebelumnya. Tentu, tetap disertai prinsip kehati-hatian dan adaptasi kebiasaan-kebiasaan baru untuk proteksi kesehatan,&rdquo; imbuhnya.</p> <p><br /> Kontributor: Syifa Arrahmah<br /> Editor: Musthofa Asrori</p>

Nasional LAINNYA