<p>Kudus, <strong><em>NU Online</em></strong><br />Guna menyiapkan generasi unggul menghadapi tahun 2030, Pengurus Pusat Lembaga Pendidikan Ma’arif NU telah rumusan desain pendidikan masa depan. Rumusan itu fokus pada pendidikan budi pekerti dan peningkatan kompetensi peserta didik.<br /><><br />Demikian disampaikan Ketua PP LP Ma’arif NU H Zaenal Arifin Junaidi dalam acara halaqoh pendidikan yang bertempat di Aula MANU Banat Kudus, Kamis (15/5). Halaqoh diikuti guru dan kepala Madrasah NU di bawah naungan naungan LP Ma’arif NU Kudus.<br /><br />Lebih lanjut, Arifin mengatakan, budi pekerti adalah kekuatan batin yang tertanam dalam diri peserta didik. Menurut Ki hajar dewantara, kutipnya, budi pekerti terwujud dalam sikap prilaku, dan tindakan yang selaras dengan nilai agama, masyarakat (susila), dan alam.<br /><br />“Budi pekerti ini menjadi landasan, pijakan dan basis nilai untuk tumbuh kembangnya kompetensi anak didik,”jelasnya.<br /><br />Ia mencontohkan prilaku koruptif, hasrat menguasai dan menghegemoni kekayaan negara, serta pelanggaran norma lainnya adalah bentuk kegagalan pendidikan nasional dalam memajukan budi pekerti.<br /><br />“Termasuk juga, tumbuh suburnya paham Islam garis keras merupakan kegagalan penanaman budi pekerti yang bersentuhan dengan ajaran Islam rahmatal lil alamin,” ujar Arifin.<br /><br />Terkait peningkatan kompetensi anak didik, Arifin menyatakan, pekerjaan rumah bagi praktisi pendidikan ke depan adalan bagaimana menciptakan penddikan yang mampu menghasilkan generasi yang memiliki kompetensi unggulan. Generasi yang mampu menjawab tantangan dan peluang yang tersaji dalam kehidupan global dengan memperhatikan faktor intelegensia, informasi dan inovasi.<br /><br />“Pendidikan yang dilaksanakan Ma’arif tidak hanya berorientasikan untuk meningkatkan jenis kemampuan (kecerdasan) sebagaimana yang kita pahami selama ini (intelectual capasity) tetapi harus mampu meningkatkan civic intelegncia yakni hidup bersama dalam masyarakatt yang majemuk,” paparnya.<br /><br />Arifin menambahkan, dengan semakin terbukanya pergaulan dunia internasional dan kemajuan teknologi informasi, serta sistem komunikasi yang sangat cepat, LP Ma’arif NU harus mampu menjadikan peserta didik sebagai individu yang bisa menguasai dan memanfaatkan informasi yang tersaji tersebut.<br /><br />“Pemanfaatan informasi membutuhkan kemapuan analisis dan ketajaman intelegensi. Sebab, tanpa dianalisa tidak akan bermanfaat bahkan berpotensi merugikan. Maka proses pembelajaran yang dijalankan harus sinergi dengan perkembangan teknologi dan komunikasi,”jelasnya.<br /><br />Pendidikan Ma’arif, imbuhnya, harus mampu mendorong tumbuhnya budaya inovatif di kalangan anak didik. Harus disadari bahwa semakin terbukanya hubungan antarbangsa, maka dibutuhkan individu yang inovatif untuk memenangkan persaingan dengan bangsa lain.<br /><br />“Kombinasi intelegensia dan informasi menjadi modal untuk menciptakan penemuan-penemuan yang kontemporer dan berguna bagi pembangunan bangsa Indonesia,” terang mantan sekretaris Gus Dur ini.<br /><br />Dalam acara yang diselenggarakan LP Ma’arif Kudus itu, Arifin menyatakan desain pendidikan unggulan tersebut telah dituangkan oleh PP LP Ma’arif dalam bentuk peta jalan yang relevan dengan tujuan yang ingin dicapai yakni terwijudnya peserta didik yang berbudi pekerti dan kompetitif.<br /><br />"Untuk kepentingan itu dibutuhkan empat tujuan antara yang harus dicapai terlebih dahulu oleh satuan pendidikan Ma’arif, yakni manajemen madrasah berkualitas, tersedianya SDM (pendidik dan tenaga kependidikan) berkualitas, menjadi sekolah/madrasah unggulan dan menjadi sekolah/madrasah percontohan,” pungkasnya. <strong>(Qomarul Adib/Mahbib)</strong></p>
