LPBI NU: Kerusakan Lingkungan Berasal dari Pola Pikir dan Moral

<p>Jakarta, <strong><em>NU Online </em></strong><br />Masalah kerusakan tata lingkungan bermula dari pola pikir, tindakan dan moral manusia. Karena itulah yang perlu diperbaiki adalah prilaku manusia. <br /><br />Demikian disampaikan Ketua Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBI NU)&nbsp; Avianto Muhtadi ketika ditemui <em>NU Online </em>beberapa waktu lalu, di Gedung PBNU, Jakarta.<><br /><br />&ldquo;Orang kalau melihat kerusakan tata lingkungan, baru dibilang bencana. Kalau sudah di depan mata, baru reaktif. Padahal sebelumnya kita bisa berbuat melakukan pencegahan itu,&rdquo; ujarnya. <br /><br />Menurut Avianto, semua lembaga, lajnah, dan banom di NU adalah dakwah, &ldquo;Nah, LPBINU berdakwah melalui tindakan yang nyata terkait lingkungan, misalnya mendirikan rumah kompos. Ini sangat dirasakan oleh masyarakat,&rdquo; ujarnya. <br /><br />Dakwah nyata LPBI NU telah dirasakan di 4 RW daerah Jakarta Barat, yaitu: RW 04 Kedoya Utara, RW 05 Taman Sari, RW 11 Rawa Buaya, dan RW 03 Duri Kosambi. Di empat RW tersebut, LPBINU bekerja sama dengan Institusi Official Development Assistance (ODA)&nbsp; Jepang mendirikan Rumah Kompos yang dapat mengurangi volume sampah tiga kali lipat.</p> <p><br /><strong>Redaktur : A. Khoirul Anam</strong><br /><strong>Reporter : Abdullah Alawi</strong></p>

Nasional LAINNYA