<p><span style="font-size: 10px;">Surabaya, <em><strong>NU Online</strong></em></span><br />Untuk menguatkan kelembagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) sebagai aktor utama penanggulangan bencana, Nahdlatul Ulama melalui Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBI NU) dengan dukungan dari Australia-Indonesia Facility for Disaster Reduction (AIFDR) menyelenggarakan Pelatihan “Desain Perencanaan dan Moneri Bagi BPBD untuk Delapan Kabupaten di Jawa Timur”. <br /><><br />Kegiatan pelatihan ini merupakan rangkaian pelatihan yang telah dilaksanakan sebelumnya yaitu “Pelatihan Pengurangan Risiko Bencana dan Participatory Disaster Risk Assessment (PDRA) serta Pelatihan Rencana Kontingensi dan Standar Minimum untuk Pengungsi (Sphere)”. <br /><br />Pelatihan ini diikuti oleh 32 (tiga puluh dua) peserta yang merupakan perwakilan BPBD dari delapan kabupaten; Bojonegoro, Lamongan, Mojokerto, Pasuruan, Malang, Lumajang, Tulungagung dan Trenggalek). Pelatihan ini akan berlangsung selama 5 (lima) hari, mulai 29 Januari 2013 sampai dengan 2 Februari 2013 di Surabaya. <br /><br />Dalam “Pelatihan Desain Perencanaan dan Moneri Bagi BPBD untuk Delapan Kabupaten di Jawa Timur” ini akan dibahas tiga materi pokok, yaitu Desain Perencanaan, Monitoring dan Evaluasi, serta Desain Pelaporan. Hadir sebagai narasumber sekaligus fasilitator dalam pelatihan ini, Henry Pirade dari Australia-Indonesia Facility for Disaster Reduction (AIFDR), dan Sultonul Huda dari Platform Nasional Pengurangan Risiko Bencana (Planas PRB). <br /><br />Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta diharapkan memiliki kemampuan untuk menyusun desain kegiatan pengurangan risiko bencana, membuat instrumen dan melakukan moneri, serta memahami strategi program dan memantau perkembangan kegiatan pengurangan risiko bencana di kabupaten masing-masing.<br /><br />Pelatihan “Desain Perencanaan dan Moneri” ini dibuka oleh Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Jawa Timur Sudarmawan, Dalam sambutannya, ia menyampaikan bahwa dalam konteks kebencanaan di tingkat lokal, jangan bicara ‘siapa dan berbuat apa, tetapi apa yang dapat kita lakukan’. <br /><br />Perencanaan merupakan hal yang penting dalam sebuah program, karena tanpa perencanaan ibarat berjalan di tempat gelap tanpa cahaya. <br /><br />Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa pelatihan “Desain Perencanaan dan Moneri” ini sangat penting, karena dari aspek kelembagaan BPBD ibarat balita,tetapi pekerjaannya sudah pada tingkat ABG bahkan manula. Persoalan bencana memberikan banyak pekerjaan rumah, tetapi sumber daya yang ada di BPBD kurang memadai. <br /><br />Berkaitan dengan hal ini, Sudarmawan menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada LPBI NU yang sangat peduli dan memiliki komitmen yang kuat tentang kebencanaan, di antaranya melalui inisiasi Perda Penanggulangan Bencana dan pelaksanaan rangkaian pelatihan untuk meningkatkan kapasitas BPBD di delapan kabupaten/kota di Jawa Timur.<br /><br />Ketua PBNU, KH Abbas Mu’in dalam sambutannya menyampaikan bahwa dalam sebuah program terdapat empat komponen, yaitu perencanaan, monitoring, evaluasi, dan pelaporan. Berkaitan dengan hal itu, pelatihan ini menjadi penting karena akan dibahas semua komponen tersebut. <br /><br />Abbas Muin juga berharap pelatihan ini dapat memberikan manfaat yang bisa diimplementasikan oleh peserta di wilayahnya masing-masing. <br /><br />Ketua LPBI NU, Avianto Muhtadi menyampaikan upaya mengelola ekologi, ekonomi dan sosial sangat penting sehingga dapat mengurangi kerentanan yang ada. Selain itu, upaya penanggulangan bencana tidak bisa hanya dilakukan oleh pemerintah, melainkan harus melibatkan masyarakat dan dunia usaha. <br /><br />Lebih lanjut Avianto menyampaikan bahwa LPBI NU bergerak dalam 3 (tiga) tataran, yaitu kesehatan lingkungan, perubahan iklim dan pengurangan risiko bencana. Ia berharap pelatihan ini tidak hanya bermanfaat bagi peserta pelatihan, tetapi juga bagi masyarakat luas di Jawa Timur. <br /><br /><strong>Redaktur: Mukafi Niam</strong></p>
