LPBINU Dorong Perusahaan Tanggung Jawab Atas Limbah Plastik

Banser Gerokgak timbang sampah di pulau Menjangan, Buleleng.
<div>Jakarta, <span style="font-weight: bold; font-style: italic;">NU Online</span><br></div><div>Bank Sampah Nusantara (BSN) Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBI NU) mendorong sejumlah perusahan yang mengeluarkan produk dengan menggunakan kemasan plastik agar bertanggung jawab terhadap limbah yang bertebaran di lingkungan masyarakat.</div><div><br></div><div>Sebab yang terjadi, menurut Direktur BSN LPBI NU Fitria Aryani, perusahaan hanya merasa bertanggung jawab menyelesaikan masalah limbah produksi di lingkungan pabrik. Tapi rata-rata mereka tidak memberikan solusi dalam pengelolaan kemasan produk yang masuk ke keluarga yang menjadi konsumen.</div><div><br></div><div>"Perusahaan juga harusnya punya solusi menangani limbah produk yang sudah keluar dan dikonsumsi masyarakat. Sebab, semakin banyak limbah kemasan saset, Indonesia makin cepet kritis tertimbun sampah plastik. Jadi ini yang harus diimbangi yakni antara pemikiran ekonomi mereka (perusahaan) dan kepedulian mereka terhadap lingkungan," kata Fitri di gedung PBNU, Jakarta Pusat, Jumat (30/11).</div><div><br></div><div>Fitri menuturkan, perusahaan tengah gencar membuat produk saset yang bisa diterima semua kalangan. Ia mencontohkan bagaimana produk deterjen tertentu yang awalnya hanya memproduksi ukuran 1 kg, tapi karena susah diterima kalangan menengah ke bawah, ukuran produksinya diturunkan menjadi saset kecil baik dengan harga Rp 1000 maupun Rp 500.</div><div><br></div><div>"Ketika ingin membidik pasar menengah ke bawah, kemasan saset diperbanyak sama dia (perusahaan). Jadi harapan perusahaan, yang mampu mengkonsumsi produknya bukan hanya kalangan menengah ke atas, tapi juga kalangan menengah ke bawah," ucapnya.</div><div><br></div><div>Namun sayangnya, Fitri menyesalkan, perusahaan tidak memperhatikan dampak dari produski saset kecil tersebut. Menurutnya, saset kecil hanya semakin menambah banyak jumlah limbah plastik.</div><div><br></div><div>Selain itu, Fitri juga mengemukakan tentang gencarnya tayangan iklan sebuah produk yang menggunakan kemasan plastik. Hal itu membuat edukasi yang diberikan oleh pihaknya kepada masyarakat tidak sebanding dengan jumlah iklan yang menayangkan produk berkemasan plastik.</div><div><br></div><div>"Berapa kali pun kita mengedukasi masyarakat tidak sebanding dengan jumlah iklan produk yang dikemas dengan plastic,” katanya.&nbsp;</div><div><br></div><div>Jadi upaya sebagian kalangan menyadarkan tentang plastik, tapi di sisi lain, masyarakat dibombardir oleh iklan. “Ini <span style="font-style: italic;">kan </span>lagi-lagi efisiensi secara ekonomi, tapi boros secara lingkungan. Ini yang seharusnya dipikirkan juga," pungkasnya. (<span style="font-weight: bold;">Husni Sahal/Ibnu Nawawi</span>)</div><div><br></div>

Nasional LAINNYA