<p>Majalengka, <strong><em>NU Online</em></strong><br />Ketua Lembaga Pemberdayaan Pertanian NU (LPPNU) Kabupaten Majalengka Ja'far Sidik mengaku kecewa dengan tergerusnya lahan pertanian di kecamatan Kertajati yang menjadi tempat mega proyek pembangunan tol dan bandara internasional Jawa barat.<><br /><br />Ja'far menyebutkan ada sekitar 960 hektare tanah pertanian yang terkena imbas dari pembangunan megaproyek seperti Pembangunan Bandara InternasionalJawa Barat (BIJB) dan pembangunan jalan tol Cikampek-Palimanan (Cikapa) yang melintasi Majalengka. Bukan hanya itu sebagian tanah pertanian itu beralih ke kawasan industri.<br /><br />"Dari data yang kami peroleh, ratusan hektare tanah pertanian yang beralih fungsi itu yakni 360 hektare untuk megaproyek BIJB dengan proyeksi landasan pacu (runway). Lalu 420 hektare untuk jalan tol dan 180 hektare untuk pembangunan pabrik dan pembangunan lainnya," ungkapnya saat ditemui <em>NU Online</em> di Gedung PC NU Majalengka, Rabu (21/1).<br /><br />Terpisah Wawan Suwandi Kepala Dinas pertanian dan Perikanan Majalengka membenarkan hal tersebut, memang jumlah itu merupakan cakupan areal lahan tadah hujan. Meski demikian tanah pertanian tersebut terkadang bisa difungsikan dua kali tanam meski menggunakan sarana lain seperti sumur pantek.saat dihubungi melalui pesan singkat (21/1) sore.<br /><br />"Bagi dunia pertanian memang kondisi ini sangat memprihatinkan sekali. Tapi mau bagaimana lagi karena ini adalah program pemerintah pusat yang mau tidak mau harus dipatuhi," ungkapnya. (<strong>Aris Prayuda/Anam</strong>)<br /><br /></p>

---