LPPNU Sumbar dan Pupuk Organik NT 45 (1)

<strong>Oleh Bagindo Armaidi Tanjung<br /> </strong><br /> Munculnya berbagai jenis penyakit baru yang diderita manusia dewasa ini tidak terlepas dari konsumsi jenis makanan. Banyak jenis makanan yang dikonsumsi menjadi pemicu dari penyakit. Makanan siap saji, menggunakan zat-zat kimia, pengawet dan pewarna belum tentu aman bagi kesehatan tubuh. Termasuk penggunaan pupuk kimia pada tanaman, menyebabkan makanan mengandung unsur kimia yang memberikan effek negatif terhadap ketahanan tubuh.<br /> <br /> Dari kondisi demikian, kembali ke pupuk organik adalah pilihan yang tepat untuk menghasilkan makanan yang terbebas dari unsur kimia. Adalah Ketua Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama (LPPNU) Sumatera Barat Ir. Darmansyah M.Sc berhasil menemukan bioteknologi NT45 untuk memproduksi pupuk organik. Bioteknologi itu dengan campuran kotoran ternak, dedak sekam bakar dan dedak halus (keduanya hampas kulit padi di huller) dapat diolah menjadi pupuk organik hanya selama 56 jam. Setelah pengolahan, pupuk organik tersebut siap digunakan untuk berbagai tanaman. Baik tanaman tua maupun tanaman muda, termasuk padi.<><br /> <br /> Menurut penemu NT 45 Ir. Darmansyah MSc yang sekarang Wakil Ketua Tanfidziyah PW NU Sumbar, bioteknologi NT 45 adalah beberapa jenis bakteri dengan perlakuan khusus yang diletakkan dalam zat cair sebagai lahan kehidupan dan pertahanannya. Bakteri NT 45 tergolong bakteri yang baik dan berguna untuk kehidupan alam semesta. Dengan memanfaatkan mahkluk hidup kecil/microorganism untuk kepentingan kehidupan manusia atau alam sekitarnya, adalah sebuah pilihan yang sangat menguntungkan. Cara kerjanya tidak merusak terhadap lingkungan maupun terhadap diri manusia.<br /> <br /> NT 45 (mikrobiologi) dirancang sedemikian rupa sehingga sangat mudah dalam penggunaannya, baik oleh masyarakat dengan pengetahuan bertani alami (petani) maupun kalangan terdidik. Pembuatan NT.45 tidak mempergunakan senyawa kimia, sehingga tidak berbahaya kalau terjadi kesalahan penggunaan seperti termakan oleh manusia dan binatang<br /> <br /> Dikatakan, bioteknologi NT 45 diproduksi sejak tahun 1997 dalam dua seri yaitu Seri J dan Seri E. Tahun 1999 sesuai dengan perkembangan terapan yang dilakukan di lapangan, maka diproduksi Seri P, Seri M dan Seri I.<br /> <br /> Produk bioteknologi masih merupakan produk parsial dan belum menjadi produksi dalam satu rangkaian program seperti bidang pertanian secara utuh. Mulai dari pengolahan tanah, membuat pupuk, anti hama, anti virus serta pengawetan hasil produk.<br /> Spesifikasi dari produk Bioteknologi NT 45 secara keseluruhan tidak diperdagangkan secara umum di toko atau pasar. Tetapi dimiliki oleh ribuan petani terutama di pusat produksinya di Sumatera Barat.<br /> <br /> Untuk menciptakan sustainable agriculture (pertanian yang berkelanjutan), penggunaan Bioteknologi NT 45 mungkin dapat dikatakan sebagai pilihan yang tepat. Melalui NT 45 dapat memproses limbah pabrik organik hanya dalam waktu 56 jam menjadi pupuk organik yang dibutuhkan oleh tanaman. Karena penguraian yang dilakukan oleh bioteknologi NT 45 melalui proses fermentasi di bawah suhu 50 0C dan bakteri pengurai masih dihidupkan terus dalam pupuk organik.<br /> <br /> &ldquo;Pupuk organik yang diberikan pada tanah bermanfaat untuk tanaman, antara lain: umur buah lebih tahan terhadap kebusukan, hasil lebih banyak dari pada pupuk kimia, batang lebih kokoh dan banyak, warna daun lebih pekat, umur tanaman lebih panjang, kualitas buah lebih baik,&rdquo; kata Darmansyah.<br /> <br /> Seperti pengalaman petani Syamrinal (45 tahun) di Korong Singguling Kecamatan Lubuk Alung Kabupaten Padang Pariaman, Propinsi Sumatera Barat, yang mengalami kesulitan mendapatkan pupuk kimia. Menurut Syamrinal, dari 4 kali panen terakhir di kawasan Singguling Lubuk Alung mengalami penurunan produksi gabah. Hal itu disebabkan berbagai serangan hama dan penyakit terhadap tanaman padi.<br /> <br /> Dikatakan Syamrinal, budaya masyarakat petani yang sudah menjadi tradisi adalah segala yang baru maunya gratis. Jika membeli, atau melakukan pengolahan, petani dapat dipastikan tidak akan mau mengikuti pola baru. Termasuk pemakaian pupuk organik ini. Sekalipun akan memberikan keuntungan ganda, harga lebih murah dan hasil yang lebih maksimal.<br /> <br /> &ldquo;Selama ini petani hanya menempatkan dirinya sebagai objek. Alangkah indahnya petani sebagai subjek. Artinya, petani sebagai pelaku dari kebijakan pertanian, jangan hanya menjadi objek dari kapitalis, industri pupuk untuk meraih keuntungan, namun merugikan petani. Dengan menggunakan pupuk organik, petani mulai menempatkan dirinya sebagai subjek,&rdquo; kata Syamrinal yang juga Ketua PKBM Ma&rsquo;arif Singguling Lubuk Alung Padang Pariaman.<br /> <br /> Pemakaian NT 45 dimulai sejak dari penanaman benih. Padi yang dijadikan bibit, direndam dengan campuran 1 liter NT 45 Seri E ditambah 200 liter air biasa. Selama 4 - 6 jam direndam, selanjutnya dikeringkan sekitar 4 jam. Setelah itu siap untuk ditebarkan dilokasi pembibitan padi. Cara penyemaian dengan semprotan insektisida Curator. Antara umur 7 - 10 hari, bibit padi tersebut disemprot dengan NT 45 Seri E. Umur 14 - 16 hari, bibit siap untuk ditanam di areal persawahan.<br /> <br /> Dengan pola padi tanam sabatang (PTS), lahan seluas 1,4 ha diperlukan 36 kg padi untuk bibit. Ternyata benih yang mendapatkan perawatan dengan pola NT 45 tersebut, hanya terpakai 50 persen. Sisanya dibagikan saja kepada petani lain yang gagal melakukan pembibitan.<br /> <br /> Tentu saja semua petani di kawasan Syamrinal yang luasnya sekitar 85 ha di Singguling Kecamatan Lubuk Alung Kabupaten Padangpariaman tercenggang. Hampir seluruh petani di kawasan tersebut gagal melakukan pembibitan karena diserang hama (burung dan tikus). Sedangkan Syamrinal benihnya bagus, malah berlebih dari ukuran standar yang pernah dilakukan petani selama ini.<br /> <br /> &ldquo;Ternyata, lahan padi yang menggunakan pupuk organik dan anti hama organik dengan terapan teknologi penuh, hasilnya justru tetap bertahan. Dalam kondisi normal, areal sawah 1 hektar akan menghasilkan sekitar 3 ton gabah padi kampung. Namun, akibat serangan hama produksi padi 4 kali panen terakhir ini anjlok. Hasil panen yang diperoleh berkisar 1,5 - 2 ton gabah. Hanya padi yang menggunakan pupuk organik saja bisa panen,&rdquo; kata Syamrinal.<br /> <br /> Kondisi padi Syamrinal tetap bagus, sementara padi di sekelilingnya secara umum diserang hama. Banyak petani di sekitarnya kaget dan ingin tahu. Kenapa padi Pak Nal (panggilan Syamrinal) tidak mengalami penyakit sedikit pun. Hasilnya pun memuaskan. (bersambung...)

Nasional LAINNYA