<p>Majalengka, <em><strong>NU Online</strong></em><br />Lembaga Pendidikan Seni Nusantara (LPSN) kembali menggandeng Pondok Pesantren Al-Mizan, Jatiwangi, Majalengka dalam mengenalkan Seni Nusantara kepada para santri dan pelajar Al-Mizan melalui pelatihan selama tiga hari, Senin-Rabu (26-28/09/11). <br /><br />Sebaanyak 30 orang peserta mengikuti pelatihan ini yang terdiri dari pengurus LPSN, guru/ustadz dan peserta dari Tarutug, Tapanuli, Sumatera Utara sebanyak 12 orang.<br /><><br />Selama tiga hari mereka akan diajari materi tentang kearsipan digital atau Digitalisasi Arsip Audio Seni Budaya, bengkel instrumental, dan tari.<br /><br />Pengasuh Pondok Pesantren Al-Mizan KH Maman Imanulhaq mengatakan, hal ini dilakukan sebagai sebuah upaya untuk mengembangkan budaya Indonesia dengan memasukkan unsur budaya tradisional yang berfungsi memperkuat watak, kepribadian, kemandirian, sikap kritis, kreativitas, solidaritas, rasionalitas, dan kemanusiaan.<br /><br />Sedangkan Endo Suanda sebagai Direktur LPSN mengatakan Lembaga Pendidikan Seni Nusantara atau LPSN adalah sebuah yayasan nir-laba, yang didirikan tahun 2002, oleh para seniman, peneliti dan pendidik seni. <br /><br />Program utama LPSN menurut Endo adalah menyusun kurikulum dan bahan ajar kesenian untuk sekolah umum, yang berdasar dan mengarah pada pemahaman pluralitas kesenian, yang terdapat dalam kehidupan masyarakat di berbagai wilayah budaya Indonesia. <br /><br />Sedangkan pendekatan yang dipakai LPSN adalah <em>culture-specific</em> yaitu pemahaman terhadap kemajemukan budaya. ”Apresiasi terhadap kekayaan budaya lokal ini diharap dapat memberi bekal kreativitas yang mengakar pada para siswa yang berbakat, dengan itu kesinambungan daya atau vitalisasi “lokal” akan tertunjang,” jelasnya.<br /><br />Masih menurut Endo, dalam pelaksanaan, pendidikan seni yang dianjurkan LPSN berdasarkan satu modul yang disebut sebagai topik. Sebagai contoh topik: tekstil; topeng; alat musik dawai; gong; tari tontonan; tari komunal; pemukiman; sistem tulisan dan kaligrafi; dan lain-lain.<br /><br />Semua topik jelas Endo diajarkan dengan beberapa cara: bacaan untuk anak, lengkap dengan gambar; uraian oleh guru; pengalaman praktek, sesuai dengan keahlian guru; dan contoh-contoh audiovisual (VCD), demonstrasi oleh seniman, dan kesempatan menonton pertunjukan atau pameran. Fokus atau tujuan pengajaran adalah memberikan pada anak didik suatu pengertian dan penghargaan non-teknis terhadap jenis-jenis kesenian yang dijadikan topik. Fokus non-teknis tersebut memungkinkan guru yang spesialis dalam salah satu bidang kesenian (tari, seni rupa, musik, teater) untuk mengajarkan juga materi dari bidang kesenian lain yang bukan spesialisasinya. <br /><br />Selama 5 tahun ini, kata Endo, LPSN telah memproduksi bahan ajar sebanyak 10 (sepuluh) topik, yang terdiri dari buku-buku bersama paket audiovisualnya, dan telah menerapkannya (tryout) pada 906 sekolah di 12 provinsi. LPSN mengadakan pelatihan guru kesenian di wilayah tersebut setiap semester, sehingga guru yang pernah mengikuti pelatihan LPSN lebih dari 1.300 orang, dan menyertakan sekitar 100.000 siswa.<br /><br /><strong>Redaktur : Mukafi Niam</strong><br /><strong>Kontributor : M Zaenal Muhyidin</strong></p>