<p>Jakarta, <em><strong>NU Online</strong></em><br />Dua ormas Islam terbesar, NU dan Muhammadiyah masih menjadi primadona dalam ajang pemilihan presiden dan wakil presiden (pilpres) 2014. Beberapa lembaga survei memberikan perhatian khusus pada dua ormas ini. Namun hasil survei menunjukkan kecenderungan yang berbeda di kalangan warga dua ormas ini.<></p>
<p>Hasil survey yang dilakukan oleh Lingkaran Survey Indonesia (LSI) menemukan kecenderungan berbeda antara komunitas NU dan Muhammadiyah dalam menentukan calon presidennya. Dalam hal ini, Jokowi menang di komunitas NU (46.20% versus 40.20%). Prabowo menang di komunitas Muhammadiyah (48.60% vs 42.90%).</p>
<p>Demikianlah salah satu analisis riset Lingkaran Survei Indonesia. Survei dilakukan di awal Juni 1-9, 2014. Metode penelitian dijalankan secara standard dengan teknis multistage random sampling. Total responden sebanyak 2400 pemilih di 33 propinsi. Responden diwawancari tatap muka. Margin of error plus minus 2%. Survei ini juga dilengkapi riset kualitatif melalui FGD, depth interview dan media analisis, seperti dilansir oleh situs<em> lsi.co.id.</em><br /><br />Menurut lembaga survey ini, tiga belas hari menjelang pemilu presiden 9 Juli 2014, total pemilih yang “GALAU” masih 32.2%. Istilah galau mengacu kepada jumlah pemilih yang belum menentukan pilihannya, ditambah dengan pemilih Jokowi-Jusuf Kalla yang masih ragu dan pemilih Prabowo-Hatta yang juga masih ragu. Sementara selisih kemenangan dua calon presiden itu hanya 6.3% saja. Siapa yang menang dan kalah dalam pemilu presiden adalah pasangan yang paling berhasil memenangkan hati dan pikiran 32.2% pemilih galau ini.<br /><br />Dari hasil survei ini, Jokowi dipilih oleh 45% responden. Namun sebanyak 8.1 % dari 45% itu yang masih ragu, dan masih mungkin berubah pandangan. Sementara Prabowo didukung oleh 38.7% publik. Namun sebesar 7.8% dari 38.7% itu juga dihinggapi ragu dan masih mungkin “pindah ke lain hati.” Sedangkan massa mengambang sebesar 16.3%. Dalam momen 13 hari ini mereka akan mengambil sikap<br /><br />Jika pemilih dipilah ke dalam aneka segmen masyarakat, Jokowi-Jusuf Kalla dan Prabowo-Hatta saling mengalahkan. Pasangan Jokowi menang di pemilih perempuan ( 48.10% versus 33.8%). Sementara pasangan prabowo menang di pemilih pria (43.20% versus 42.70%)). Jokowi menang di pemilih dengan tingkat pendidikan menengah dan rendah ( 45-48% versus 34-42%). Prabowo menang di pendidikan tinggi (43.70% vs 38.10%). <br /><br />Prabowo mengimbangi Jokowi dalam pemilih muslim (40.90% versus 43.30%). Namun untuk non-muslim, pemilih lebih banyak di Jokowi (67.60% versus 15.50%). Jokowi juga masih menang di pemilih Jawa (47.60% versus 35.20%). Namun Prabowo menang di pemilih Sunda (51.60% versus 40.90%). Kini Prabowo menang di propinsi Jabar (51.20% vs 42.60%). Tapi Jokowi menang di 6 propinsi besar lainnya: Banten, DKI, jatim, Jateng, Sumut dan Sulsel, dengan selisih sekitar 5%-10%.<br /><br />Jokowi dianggap lebih peduli dengan rakyat (84.6% versus 64.2%) dan lebih jujur (76.5% versus 61.3%). Namun Prabowo dianggap pemilih lebih pintar (85.2% versus 81.1%) dan lebih tegas (78% versus 69.7%).<br /><br />Dalam dua bulan terakhir, pendukung Jokowi banyak yang lari dari kandangnya. Jumlah dukungan Jokowi menurun mencolok di kantong besar suara: di komunitas NU, berpendidikan tinggi, beragama Islam, pemilih lelaki, propinsi Jawa Barat. Prosentase pemilih Jokowi yang “pindah ke lain hati” sebesar sekitar 5_10 persen. Di komunitas itu, Prabowo mengalami kenaikan sekitar 5-10% juga.<br /><br />Bagaimana akhir pertarungan dua pasang capres yang semakin ketat ini? Kedua pasangan masih mungkin saling mengalahkan. Jokowi akan tetap menang jika ia bisa mengambi kembali pendukungnya yang “pindah ke lain hati,” pindah ke Prabowo. Sebaliknya Prabowo akan menyalip Jokowi jika ia bisa menaikkan dukungannya sekitar 5-15 persen lagi segmen pemilih besar yang kini ia masih kalah: segmen perempuan, wong cilik, komunitas NU, pemilih berpendidikan rendah, pemilih muslim, dan pemilih di propinsi Jawa Timur.<br /><br />Tiga belas hari menuju 9 Jui 2014, kedua pasangan capres-cawapres harus menyiapkan pendukungnya untuk menerima baik kemenangan ataupun kekalahan. Dengan membaca trend petumbuhan dukungan capres dan cawapres, selisih kemenangan pada 9 Juli 2014 potensil hanya kecil saja,. Sangat mungkin selisih kemenangan itu hanya di bawah 5%, siapapun pemenangnya. Jika Jokowi tetap menang, atau jika ia dilewati Prabowo, selisih dukungan capres-cawapres potensial dibawah 5% saja, antara 51-53% versus 47-49. <strong>(mukafi niam) </strong></p>
