<p class="MsoNoSpacing">Jakarta, <span style="font-style: italic; font-weight: bold;">NU Online</span><br></p>
<p class="MsoNoSpacing">Bagi komisioner Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap
Perempuan (Komnas Perempuan) Riri Khariroh, momen bulan Ramadhan merupakan momen
untuk melakukan refleksi dan melakukan pembenahan atas kesalahan yang dilakukan
selama sebelas bulan sebelumnya.</p>
<p class="MsoNoSpacing">“Karena Ramadan ini adalah bulan yang memang dikhususkan
bagi kita semua untuk melakukan refleksi terhadap 11 bulan yang sudah kita
lakukan,” kata Riri Khariroh. Maka sudah sepatutnya bulan ini dihiasi dengan perilaku dan ucapan yang melahirkan kedamaian dan menimbulkan
ketenangan.</p>
<p class="MsoNoSpacing">Refleksi yang dimaksud Riri termasuk saat momentum
Pemilu 2019 yang digelar beberapa waktu lalu. Menurutnya, pada saat perhelatan
tersebut masyarakat terlibat dalam
perbedaan pilihan yang kadang melahirkan perdebatan dan permusuhan, baik secara sengaja maupun tidak.</p>
<p class="MsoNoSpacing">Kehadiran bulan suci Ramadhan saat ini bagi dia adalah
momen yang tepat untuk mengakhiri konflik pascapemilu dengan, minimal, menahan
diri dari mengeluarkan ujaran ujaran kebencian baik buat kelompok-kelompok yang
berbeda baik pemahaman, pemikiran, pilihan dan sebagainya.</p>
<p class="MsoNoSpacing">“Kesucian bulan Ramadan ini tidak boleh kemudian dikotori
oleh adanya ujaran kebencian ataupun hasutan hasutan untuk membenci kelompok
lain. Saya kira itu penting sekali bagi umat Islam untuk mempraktekkan akhlakul
karimah di bulan Ramadan ini,” ujar Riri. </p>
<p class="MsoNoSpacing"><span style="font-weight: bold;">Peran Besar Perempuan</span></p>
<p class="MsoNoSpacing">Sebagai pengurus di Komnas Perempuan ia menyayangkan
keterlibatan sejumlah perempuan dalam menyebarkan berita hoaks selama
perhelatan pemilu. Bagi dia, fakta itu menunjukkan bahwa perempuan sengaja
dijadikan alat propaganda untuk kepentingan politik tertentu.</p>
<p class="MsoNoSpacing">“Itu kaum perempuan memang digunakan. Mengapa? Karena
memang secara sosial kaum perempuan ini lebih dekat kepada masyarakat, lebih
dekat terhadap juga keluarga dan sebagainya. Karena kaum perempuan itu punya
potensi untuk menyebarkan maupun mendekati banyak orang agar kemudian bisa
memihak terhadap kelompoknya. Perempuan memiliki potensi untuk itu,” kata
alumnus University Ohio ini.</p>
<p class="MsoNoSpacing">Oleh karenanya ia berpesan kepada kelompok perempuan
khususnya agar pada bulan Ramadhan ini lebih berhati-hati dalam memilah
informasi, terlebih yang hendak disampaikan pada orang lain. “Saya kira
ini harus menjadi pelajaran penting buat kaum perempuan itu sendiri, utamanya
di bulan Ramadan ini agar tidak mudah percaya dan mau digunakan oleh
kelompok-kelompok tertentu untuk menumbuhkan kebencian terhadap
kelompok-kelompok yang lain,” kata Riri.</p>
<p class="MsoNoSpacing">Lebih dari itu, pengaruh besar perempuan seharusnya bisa
dikembangkan untuk menjadi agen perdamaian terutama di tengah lingkungan
keluarga. “Karena pada dasarnya perempuan ini lebih memiliki potensi untuk
menjadi agen penggerak perdamaian itu sendiri,” tuturnya. </p>
<p class="MsoNoSpacing">Dalam level masyarakat, perempuan relatif memiliki
kedekatan yang lebih intim baik ibu-ibu di komplek perumahan atau di
kampung-kampung. Ikatan ini harus tetap terjaga dengan baik sebagai benteng
dari perpecahan di masyarakat. Sehingga, meskipun elit politik terlibat
perdebatan kepentingan politik, tetapi kelompok perempuan di level masyarakat
tetap menjaga kerukunan. <span style="font-weight: bold;">(Red: Ahmad Rozali)</span></p>