Pesantren Zainul Anwar Serius Kembangkan LPBA

<p>Probolinggo, <strong><em>NU Online</em></strong><br />Pesantren Zainul Anwar di Desa Alassumur Kulon Kota Kraksaan Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, didirikan oleh KH. Abdullah Mughni pada tahun 1964 silam. Setelah berusia 50 tahun, pesantren ini kini diasuh oleh HM Hasan As-Syadzilli Abdullah. Selain mengembangkan sistem pembelajaran salafiyah, pesantren ini juga telah memakai pembelajaran modern atau formal.<br /><><br />Gus Hasan yang juga Ketua MUI (Majelis Ulama Indonesia) Kota Kraksaan ini mengungkapkan, sejak setahun lalu di pesantren yang diasuhnya mengembangkan Lembaga Pengembangan Bahasa Asing (LPBA). Oleh pengasuh pesantren, bahasa asing terutama bahasa Arab dan Inggris merupakan salah satu aspek yang ditekankan kepada santri.<br /><br />&ldquo;Kedua bahasa tersebut memiliki peran penting untuk bisa menguak pintu ilmu. Kalau santri bisa berbahasa Arab maupun Inggris, tentunya bisa membuka sendiri literatur keilmuwan yang menggunakan kedua bahasa itu. Manfaat kedua bahasa ini sama-sama besar. Penekanan lebih kepada Bahasa Arab,&rdquo; ujarnya, Sabtu (20/9).<br /><br />Menurut Gus Hasan, tidak semua santri dapat masuk ke LPBA. Yang berminat untuk masuk LPBA, ada seleksi ketat yang harus dilalui, terutama dari aspek kemampuan kognitif. Di LPBA, santri pada tahap awal harus menghafal kosakata bahasa asing, tiap hari setidaknya 30 kosakata. &ldquo;Hafal kosakatanya akan memudahkan santri menguasai bahasa asing,&rdquo; terang alumni Pesantren Sidogiri, Pasuruan ini.<br /><br />Santri yang berprestasi di bidang bahasa asing, pihak pesantren mengupayakan beasiswa. Baik dari lembaga pendidikan dalam negeri maupun luar negeri. Menurut Gus Hasan, sudah ada komunikasi dengan beberapa lembaga pemberi beasiswa.<br /><br />&ldquo;Penguasaan akan bahasa asing menurutnya sangat diperlukan dewasa ini. Sebab Islam selama ini identik dengan kaum sarungan dan tertinggal. Ada juga anggapan, Islam itu penuh dengan kekerasan,&rdquo; jelasnya.<br /><br />Umat Islam seharusnya mencitrakan diri sebagai manusia yang dapat memberi manfaat kepada lingkungan sekitarnya. Bukan justru menimbulkan kerusakan. &ldquo;Karena itu pendidikan yang kami terapkan adalah pendidikan yang mencetak manusia yang cerdas otaknya sekaligus mencerminkan pribadi Islam yang baik,&rdquo; ungkap Ketua Pengurus Cabang Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) Kota Kraksaan ini. <strong>(Syamsul Akbar/Mahbib)</strong><br /><br /></p>

Nasional LAINNYA