<p>Kudus, <span style="font-weight: bold;"><span style="font-style: italic;">NU Online</span></span><br>Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBINU) dengan dukungan dari Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT) Australia menyelenggarakan Pelatihan Penyusunan Kajian Risiko Bencana tahap kedua di Kudus, Jawa Tengah, 17-21 April 2017.<br><br>Pelatihan ini merupakan rangkaian kegiatan dalam Program Penguatan Kapasitas Pemerintah dan Masyarakat Lokal dalam Kesiapsiagaan untuk Respon Bencana yang Cepat dan Efektif. Setelah penyelenggaraan pelatihan tahap pertama memperkenalkan dan mengaplikasikan aplikasi Java Open Street Map (JOSM) yang merupakan sumber terbuka (open sources) sebagai salah satu tools dalam penanggulangan bencana alam, pada tahap kedua yaitu terkait dengan Quantum Geography Information System (QGIS) dan Ina SAFE.<br><br>Output dari pelatihan Kajian Risiko bencana ini adalah tersusunya peta risiko bencana (peta ancaman, peta kerentanan dan peta kapasitas) dan juga tersusunya kajian risiko bencana di Kabupaten Barru dan Wajo (Sulawesi Selatan).<br><br>Adi Widardo mewakili Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Jawa Tengah mengingatkan akan pentingya kegiatan pada prabencana, di antaranya penyusunan perencanaan dalam penanggulangan bencana dengan mengacu pada kajian risiko bencana. Saat ini masih banyak yang hanya fokus pada saat bencana, untuk itu BPBD Provinsi Jawa Tengah mengapresiasi dan mengucapkan terima kasih kepada LPBINU yang telah menfasilitasi penyusunan kajian risiko di kabupaten Kudus dan Jepara Jawa Tengah. <br><br>Pelatihan dibuka oleh KH Ulib Albab Arwani, Rais Syuriyah PCNU Kabupaten Kudus. Dalam sambutanya, ia menyampaikan pentingnya pencegahan bencana, sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Al-Qur’an sebagai pedoman agama Islam. Menurutnya, pelatihan ini merupakan sebuah aksi nyata dari LPBINU yang memberikan manfaat kepada umat dan masyarakat, utamanya dalam bidang penanggulangan bencana<br> <br>Salah satu tujuan pelatihan ini adalah untuk menerapkan aplikasi Java Open Street Map (JOSM) dalam melakukan pengkajian risiko bencana di suatu daerah termasuk di dalamnya memetakan risiko bencana dan mengembangkan skenario dalam melakukan penanggulangan bencana dengan menggunakan perangkat lunak InaSAFE. Hasil dari kajian risiko tersebut nantinya digunakan sebagai acuan dasar dalam menyusun perencanaan dalam kegiatan dan program penanggulangan bencana suatu daerah/kawasan. <br><br>Pelatihan Penyusunan Kajian Risiko Bencana ini dipandu oleh Humanitarian Open Street Map Team (HOT). Pelatihan ini diikuti oleh 22 orang peserta yang merupakan perwakilan dari BPBD, OPD Terkait, LPBINU, Pramuka, PMI, Perguruan Tinggi yang berasal dari Kabupaten Kudus dan Jepara, Jawa Tengah yang telah mengikuti pelatihan tahap 1 (JSOM dan Mapathon). Pelatihan yang berlangsung selama lima hari ini dilaksanakan di Hotel @HOM By Horison Kabupaten Kudus. <br> <br>Ketua LPBI PBNU M. Ali Yusuf menyatakan bahwa untuk menyusun rencana dan aksi penanggulangan bencana yang sistematis, terarah dan terpadu, diperlukan dasar yang kuat untuk pemaduan dan penyelarasan arah penyelenggaraan penanggulangan bencana pada suatu daerah/kawasan.</p><p>Di sinilah, tambahnya, letak penting adanya kajian risiko bencana sebagai perangkat untuk menilai kemungkinan dan besaran dampak (korban dan kerugian) dari ancaman bencana yang ada. Dengan mengetahui kemungkinan dan besaran korban dan kerugian, fokus perencanaan dan keterpaduan penyelenggaraan penanggulangan bencana menjadi lebih efektif. Dapat dikatakan, kajian risiko bencana merupakan dasar untuk menjamin keselarasan arah dan efektivitas penyelenggaraan penanggulangan bencana di suatu daerah/kawasan.<span style="font-weight: bold;"> (Red: Mahbib)<br><br></span><br></p>
Nasional
Petakan Risiko Bencana Daerah, LPBINU Selenggarakan Pelatihan di Kudus
- Kamis, 20 April 2017 | 10:00 WIB
