<div>Di sebuah desa di Madura, Jawa Timur mendapat perlakuan istimewa dari salah satu pasangan calon presiden dan calon wakil presiden menjelang pemilihan umum.<br></div><div><br></div><div>Desa tersebut cukup tertinggal sehingga mendapat perhatian penuh capres dan cawapres itu dalam hal pengadaan fasilitas dan pembangunan lainnya.</div><div><br></div><div>Namun, setelah diadakan pemungutan suara sekaligus perhitungan suara, capres dan cawapres tersebut kalah suara dibanding lawannya.</div><div><br></div><div>Maka dipanggillah salah seorang tim sukses (T) desa tersebut oleh partai (P).</div><div><br></div><div>P: “Gimana sampeyan, kok tidak berhasil membuat capres-cawapres kita menang.”</div><div><br></div><div>T: “Saya juga heran pak, makanya saya panggil tokoh masyarakat desa (M) ini yang dulu jadi saksi.”</div><div><br></div><div>Selang beberapa saat, tokoh masyarakat yang dimaksud langsung datang memenuhi panggilan tim sukses tersebut.</div><div><br></div><div>P: “Gimana pak, masak desa ini sudah dibangun habis-habisan tapi capres-cawapres kita gak menang?”</div><div><br></div><div>M: “Pak, mereka itu kan tidak <span style="font-style: italic;">nyoblos</span> capres-cawapres yang kita dukung cuma 5 menit, alias waktu coblosan saja, selebihnya kita dukung terus.” <span style="font-weight: bold;">(Fathoni)</span></div>
