<P>Tulungagung, <STRONG>NU Online</STRONG><BR>Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PC PMII) Tulungagung tetap memilih bersikap golput dalam menghadapi pemilu presiden (pilpres) putaran kedua, 20 September mendatang. Sebelumnya, baik pada pemilu legislatif maupun pilpres putaran pertama, PMII Tulungagung juga golput.</P>
<P>"Kita konsisten dalam mengambil sikap pada Pemilu 2004 ini. Sejak Pemilu legislatif 5 April lalu, secara bulat kita telah menyatakan diri untuk golput. Sekarang pun pilihan kita tetap golput," tandas Ketua Umum PC PMII Tulungagung, Agus Salim, Ahad (15/8).</P><>
<P>Dikatakannya, keputusan memilih golput didasari dengan adanya pertimbangan yang rasional dan dapat dipertanggungjawabkan. Secara internal, PMII memiliki tujuan untuk membentuk pribadi muslim Indonesia yang bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi luhur, berilmu, cakap, dan bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya serta komitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia.</P>
<P>"Kata ‘komitmen’ itu harus dipahami dan ditancapkan dalam diri setiap kader PMII, sebagai landasan dalam melakukan gerakan politik kebangsaan. Pada sisi lain, PMII merupakan organisasi mahasiswa yang secara tegas menyatakan independen dari kepentingan politik apapun, di luar kepentingan politik kerakyatan, yakni mempejuangkan aspirasi dan cita-cita rakyat. Namun demikian, independensi PMII bukan berarti apolitis,"terang Agus. </P>
<P>Sikap golput PMII, paparnya, juga punya arah yang jelas, yaitu agar organisasi dan kader PMII tidak terhanyut dalam pusaran elite politik yang bertarung pada Pilpres. Sebab, kader PMII bukanlah pelaku politik praktis yang lebih condong ke dalam kerja-kerja kepartaian atau politisi.</P>
<P>"Disamping itu, PMII ingin menegaskan sikap di tengah godaan politik dan ketidakjelasan arah gerakan mahasiswa sebagai kekuatan moral politik (moral force) masyarakat, baik yang berhaluan kiri maupun kanan,"ujar Agus. </P>
<P>Selama ini, tambahnya, ada pemahaman yang berkembang di kalangan PMII, bahwa independensi diartikan "tidak ke mana-mana". Terjemahannya, secara organisasi PMII netral, tapi secara personal boleh bermain-main dalam wilayah politik. Hal ini jelas merupakan sikap politik "Abu-abu" dan cenderung ambigu, yang bisa membahayakan keutuhan kekuatan gerakan yang dibangun PMII. </P>
<P>Selain internal, ujar mahasiswa STAIN Tulungagung itu, alasan PMII bersikap golput dapat pula dilihat dari aspek eksternal. Menurutnya, menyalurkan suara alias mencoblos merupakan hak, bukan kewajiban. Karena itu sikap untuk tidak menggunakan hak politik atau tidak mencoblos juga merupakan sebuah pilihan. </P>
<P>"Mengapa? karena sejauh ini proses Pemilu cenderung tidak demokratis. Indikasinya bisa diketahui dari adanya aturan main (rule of game) Pemilu yang diskriminatif. Transaksi politik yang dilakukan para elite juga bukan atas dasar konsensus kerakyatan (kontrak sosial), sehingga secara nyata keluar dari cita-cita demokrasi. Karenanya, golput kita pilih sebagai upaya pendidikan politik bagi rakyat," jelas Agus. </P>
<P>Walaupun begitu, ia menampik penilaian sebagian kalangan yang menganggap sikap golput PMII hanya mengikuti arus suara golput yang memang pada Pilpres putaran pertama lalu mengalami peningkatan cukup drastis jika dibandingkan Pemilu legislatif. "Kita punya pertimbangan rasional untuk memilih golput. Jadi bukan sekedar ikut-ikutan,"tukasnya (kd-nas)</P>
<P> </P>