Jakarta, <span style="font-weight: bold; font-style: italic;">NU Online</span><br>
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-34 pada 20-23 Juni 2019 diselenggarakan di Thailand. Pada forum tersebut, Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan menyampaikan tiga isu utama, yakni perang dagang antara Amerika Serikat dan China, rencana repatriasi etnis Rohingya ke negara bagian Rakhine, Myanmar, dan sampah plastik.<br>
<br>
Mengenai isu sampah plastik, Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim PBNU berharap, Presiden Jokowi mengajak negara-negara lain untuk membuat satu konsep bersama tentang cara mengelola sampah yang baik dan benar agar persoalan sampah terselesaikan.<br>
<br>
“Sekarang kan sampah sedang menjadi permasalahan dunia,” kata Direktur Bank Sampah Nusantara LPBI PBNU Fitri Aryani di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Kamis (20/6).<br>
<br>
Harapan lainnya, ialah adanya sikap dari pemerintah Indonesia yang perlu diserukan kepada negara-negara ASEAN bahwa Indonesia bermartabat dan bukan negara penampungan sampah. <br>
<br>
Dalam pandangan Fitri, kini Indonesia menjadi semacam “tukang bersih-bersih” sampah dunia. Hal tersebut dinilainya dapat menurunkan martabat Indonesia di mata dunia. Tindakan tegas dari pemerintah pun diharapkannya bisa dilakukan agar sampah dari negara-negara luar tidak dibuang ke Indonesia.<br>
<br>
“Nah ini yang perlu disuarakan oleh Pak Jokowi di hadapan pemimpin negara-negara di ASEAN bahwa Indonesia menolak tegas impor sampah dari negara-negara lain, dan Indonesia akan mempunyai sikap tegas ketika ketahuan negara-negara tersebut mengirim sampah ke Indonesia,” jelasnya.<br>
<br>
Menurutnya, jika tidak ada reaksi tegas dari pemerintah Indonesia, maka Indonesia akan menjadi ladang sampah karena mendapatkan limpahan dari negara-negara lain.<br>
<br>
“Ini kan beritanya (impor sampah) sudah mendunia bahwa Indonesia juga dikirimi sampah. Ketika tidak ada reaksi tegas dari pemerintah, Indonesia juga akan menjadi bulan-bulanan dari negara lain,” ucapnya.<br>
<br>
Sebagaimana diketahui, Indonesia disebut menduduki negara terbesar kedua penghasil dan penyumbang plastik ke lautan. Ranking itu berdasarkan penelitian yang dilakukan Ilmuwan kelautan dari University of Georgia dirilis di Science. Penelitian mencakup 192 negara pesisir di dunia, termasuk Indonesia.<br>
<br>
Tim Ilmuwan meranking 20 negara pesisir penyumbang terbesar sampah plastik di lautan. Dari penelitian itu, sampah plastik dari negara Indonesia mencapai 1,29 juta metrik ton per tahun. Indonesia hanya kalah dari China yang menghasilkan sampah plastik ke lautan sebanyak 3,53 juta metrik ton per tahun. Hingga kini belum ada penelitian terbaru tentang sampah plastik. <span style="font-weight: bold;">(Husni Sahal/Muhammad Faizin)</span><!--/data/user/0/com.samsung.android.app.notes/files/share/clipdata_190620_174228_783.sdoc-->