<div>Kairo, <span style="font-weight: bold; font-style: italic;">NU Online</span></div><div>Presiden petahana Mesir Abdel Fattah al-Sisi berhasil memenangi pemilihan presiden (pilpres) Mesir 2018 setelah meraup 92 persen suara atau 23 juta suara dari 60 juta suara secara keseluruhan seperti diberitakan <span style="font-style: italic;">Al Ahram. </span>Meski demikian, suara yang diraih Sisi turun jika dibandingkan dengan pilpres 2014 silam. Pada saat itu, Sisi mampu meraih 96,9 suara. </div><div><br></div><div>Sisi sukses mengamankan periode keduanya sebagai presiden setelah pilpres Mesir ditutup pada Rabu (28/3). Rival Sisi di pilpres Mesir 2018 hanya satu orang yaitu Moussa Mostafa Moussa. Sesuai dengan yang diprediksikan, pimpinan Partai El Ghad itu kalah telak dan hanya mendapatkan 721 ribu suara. Sebetulnya Moussa merupakan loyalis Sisi. Ia didaftarkan pada saat pendaftaran calon presiden hendak ditutup.</div><div><br></div><div>Selain Sisi dan Moussa, ada tiga calon presiden yang sebetulnya hendak ikut dalam kontes pilpres Mesir 2018. Dua calon lain (Ahmed Shafiq dan Khaled Ali) menyatakan mengundurkan diri, sedangkan satu calon lainnya Jenderal Sami Anan ditangkap karena ikut pilpres tanpa izin militer.</div><div><br></div><div>Selain itu, dua juta suara dinilai tidak sah karena memuat nama lain selain dua calon yang terdaftar tersebut.</div><div><br></div><div>“Salah satu capresnya, Moussa Mustafa Moussa, memang pernah dua kali menyatakan dukungan 'pilihlah Sisi, jadi cukup unik juga pilpres ini, tidak ada capres lain. Kelihatannya memang Sisi yang bisa dipastikan menjadi pemenangnya,” jelas Pelaksana Fungsi Politik KBRI Sonny Sasongko dikutip <span style="font-style: italic;">BBC</span> Indonesia. </div><div><br></div><div>Sisi berhasil menjadi presiden setelah mengudeta Presiden Mohammed Morsi pada 2013 silam. Ia kemudian mengirim Morsi ke dalam penjara hingga hari ini. (Red: Muchlishon)</div>
