<p><font face="Verdana">Surabaya, <em><strong>NU Online</strong></em><br />
Rais Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur KH Miftachul Akhyar menuturkan, para pemimpin NU berkewajiban memberikan petunjuk dan arahan kepada warganya dalam segala bidang kehidupan, baik akidah, syariah, akhlak, dan politik.</font></p>
<p><font face="Verdana">Maka arahan para pengurus NU untuk memilih Jusuf Kalla (JK) dalam Pilpres 8 Juli 2009 lalu merupakan penerapan “Khittah NU”. Hal ini telah ditegaskan dalam Musyawarah Kerja NU Jatim pada 2-3 Juni 2009 yang lalu di Surabaya.</font></p><>
<p><font face="Verdana">Dalam surat elektronik yang dikirimkan kepada <em>NU Online</em>, Selasa (28/7), Pengasuh Pondok Pesantren Miftachussunnah Kedung Tarukan Surabaya itu menyampaikan beberapa alasan para pengurus NU mengarahkan dukungan kepada JK.</font></p>
<p><font face="Verdana">Menurut Kiai Miftah, perjuangan dalam Pilpres yang lalu bukan persoalan menang-kalah, namun menyangkut ideologi dan kaderisasi sebagai sebuah bentuk amanat guna memprotek kebesaran dan kebanggaan organisasi NU.</font></p>
<p><font face="Verdana">“Nahdliyyin akan mengalami <em>dloo’i-un</em> atau sia-sia, menjadi obyek, ambeng kepentingan yang bisa merusak visi-misi NU mengarah kepola hidup serba pragmatisme manakala struktural dan kulturalnya tidak memberi bimbingan dan arahan,” katanya mengutip taushiyah Imam Mawardi dalam kitab <em>Al-Ahkamus Sulthoniyah</em>.</font></p>
<p><font face="Verdana">Ditambahkan, sikap pimpinan NU dalam Pilpres kemarin tidak salah dan tidak menabrak rambu-rambu Khitthah NU yang ditetapkan pada 1984. Apalagi JK adalah sosok dari putra pendiri NU Sul-sel dan masih sebagai Musytasyar PWNU Sul-sel.</font></p>
<p><font face="Verdana">”Dia memang kader NU dalam Pilpres kali ini. NU harus mengamankan kadernya dalam percaturan strategis bila telah memenuhi persyaratan konstitusi. Sikap ini past) akan dilakukan oleh organisasi manapun yang faham dan ingin besar atau mempertahankan kebesarannya dari pesona organisasi lain. Tengaranya, ada sebuah ketakutan bila JK yang terpilih sebagai RI 1, tentu semuanya mafhum,” katanya.</font></p>
<p><font face="Verdana">Sedianya Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang disebut-sebut sebagai partainya Nahdliyyin bisa diharapkan mampu menyampaikan aspirasi Nahdliyin. Namun beberapa perkembangan terakhir menunjukkkan kelayakan PKB sebagai partai Nahdliyin dipertanyakan.</font></p>
<p><font face="Verdana">”Dia (PKB) berakrobat dengan menyerahkan penuh miliknya mulai dari kepala sampai kaki, siap menjadi kaki-tangan orang lain untuk menampar induknya sendiri. Dia sudah menjadi bagian orang lain, rela melepas kebesarannya menjadi bagian kecil orang lain, perjuangannya begitu jauh dari sebuah ideologi dan idealisme,” demikian Kiai Miftah. (nam)</font></p>