<P>Jakarta, <STRONG>NU Online</STRONG><BR>Pengamat politik LIPI Ikra Nusa Bakti mengatakan, calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) yang lolos pemilihan presiden putaran kedua, hendaknya benar-benar mentaati asas jujur dan adil (jurdil), guna menghasilkan pemerintah yang bersih dan berwibawa.</P>
<P>"Pelanggaran pemilu yang terjadi pada putaran kedua, kemungkinan besar tidak jauh berbeda dengan putaran pertama, hanya saja tidak sebanyak tahapan sebelumnya," katanya di Jakarta, Kamis.</P><>
<P>Ia mengatakan, selain capres dan cawapres yang lolos putaran kedua pilpres semua pihak yang terkait, baik penyelenggara pemilu dan tim sukses capres-cawapres hendaknya benar-benar dapat melaksanakan pemilu mendatang dengan jujur dan adil.</P>
<P>"Jika semua pihak dapat mentaati asas tersebut, maka kualitas pemerintah mendatang juga akan lebih baik dibanding pemerintahan sebelumnya. Kalau saat pemilu saja sudah tidak jujur, bagaimana ia akan memimpin bangsa ini secara jujur pula," ujar Ikra.</P>
<P>Ia menegaskan, kata kunci yang harus dipegang semua pihak demi suksesnya pilpres putaran kedua adalah kemauan dan komitmen masing-masing pihak untuk mewujudkan Pemilu yang jurdil, bebas dan rahasia.</P>
<P>"Selama kemauan dan komitmen itu tidak ada, maka sulit untuk menyelenggarakan suatu pesta demokrasi yang demokratis, apalagi pemerintahan mendatang yang lebih demokratis," kata Ikra menambahkan.</P>
<P>Hal senada diungkapkan pengamat politik Syamsuddin Haris yang mengatakan, keberhasilan menjalankan proses pemilu yang bebas, adil dan demokratis dalam suasana aman dan damai, tidak semata menambah kepercayaan diri Indonesia untuk membangun demokatisasi melainkan pula bakal menempatkan Indonesia sebagai bangsa paling demokratis di dunia.</P>
<P>"Karena itu, pada putaran kedua nantinya meski tidak menutup kemungkinan masih terjadi kecurangan di sana-sini, namun diharapkan dapat lebih baik penyelenggaraannya dibanding putaran pertama," katanya.</P>
<P>Syamsuddin menilai, putaran pertama pilpres cukup demokratis terlepas dari hasilnya yang masih kontroversial. "Bagaimanapun dalan putaran pertama pilpres, rakyat telah dapat menentukan pilihannya secara lebih bebas tak terpengaruh oleh manuver yang dilakukan para elit politik," katanya.</P>
<P>Hal itu terlihat dari tidak ada satupun pasangan capres dan cawapres yang meraih angka perolehan suara lebih dari 50 persen serta tersenar sekurang-kurangnya di 20 provinsi. "Untuk itu, agar secara keseluruhan hasil Pemilu 2004 ini demokratis maka apa yang telah berhasil dicapai pada putaran pertama dapat dipertahankan pada putaran kedua, semisal penyeleggaraan pemilu yang aman dan damai," kata Syamsuddin.(mkf/an)<BR></P>