<p>Jakarta, <strong><em>NU Online</em></strong><br />Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj, kembali menegaskan bahwa NU netral dalam pemilihan presiden mendatang. NU tidak akan mendukung salah satu kandidat calon presiden dan wakil presiden.<><br /><br />"NU bukan partai politik, jadi tidak akan terlibat aksi dukung-mendukung," kata Kiai Said di Jakarta, Selasa (29/4). Penegasan netralitas ini disampaikan setelah beredar kabar dukungan NU ke kandidat calon presiden tertentu, seiring dengan banyaknya aksi silaturahim politisi ke PBNU.<br /><br />Dengan netralitas tersebut, Kiai Said mengaku memberikan kebebasan kepada Nahdliyin untuk menentukan pilihannya. Termasuk jika ada kader NU yang menginginkan maju dalam pemilihan presiden dan wakil presiden, pilihan ke mana berkoalisi diserahkan sepenuhnya kepada yang bersangkutan. "Saya tidak menyebut nama ke mana dukungan warga NU mestinya diberikan," tambahnya. <br /><br />Meski demikian NU sebagai organisasi kemasyarakatan terbesar ingin memberikan arahan kepada rakyat Indonesia pada umumnya dan umat Islam khususnya, terkait kriteria pemimpin yang layak dipilih. Kriteria itu sendiri seperti tertuang dalam kitab <em>al-Ahkam ash-Shulthoniyah </em>karya Imam Mawardi yang sudah banyak dikaji di pesantren-pesantren. <br /><br />"Kriteria pemimpin islami pertama adalah berilmu, cerdas (<em>alim</em>). Kedua adalah berani, tegas (<em>syuja'</em>), dan ketiga adil (<em>'adi</em>l)," kata Kang Said, demikian Kiai Said disapa di kesehariannya. <br /><br />Kriteria keempat pemimpin islami, lanjut Kang Said, adalah jujur dan sederhana (zuhud). Sementara kriteria terakhir adalah mampu secara fisik (<em>salim al-jism</em>). "Kalau ada calon pemimpin yang bisa memenuhi lima kriteria itu, dia sudah islami, meskipun diusung oleh partai yang tidak berbasis massa Islam," pungkanya. (<strong>Samsul Hadi/Anam</strong>)<br /><br /></p>
