<p>Jombang, <strong><em>NU Online</em></strong><br />Banyak faktor yang membuat para pemilih tidak menyalurkan aspirasinya pada perhelatan pemilu kepala daerah dan wakil kepala daerah. Di antaranya ketidak tahuan masyarakat akan hajatan lima tahunan ini.<><br /><br />Kabupaten Jombang akan menyelenggarakan pesta demokrasi beberapa pekan lagi. Namun seiring berjalannya waktu, gaung suksesi lima tahunan ini terasa begitu hambar. Terbukti masih banyak masyarakat yang belum paham adanya pemilukada pada 5 Juni nanti.<br /><br />Ini terlihat dari hasil survei yang dilakukan Lembaga Riset Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (LAR ISNU) Jombang dari tanggal 4 April hingga 11 April 2013 terhadap 347 responden warga NU dengan menggunakan statistik deskriptif dengan pendekatan analisis frekuensi. Dari metode teknik sampling yang digunakan yakni multi stage sampling, ternyata hasilnya jauh dari harapan. <br /><br />“Masih banyak warga nahdliyin tidak paham adanya pesta demokrasi 5 Juni nanti,” kata Ahmad Athoillah. “Dikhawatirkan ini akan berdampak pada tingginya angka golput yang akhirnya mengurangi kualitas pilkada,” tandas Ketua PC ISNU Jombang ini kepada sejumlah insan media di Jombang (29/4).<br /><br />“Dari data yang dihimpun LAR ISNU menyimpulkan, banyak warga NU Jombang yang masih mengambang menyikapi pilkada,” kata Gus Aik, sapaan akrabnya. Ada sebanyak 55,3% responden belum menentukan sikapnya. Sebanyak 41,8% sudah menentukan pilihannya dan sisanya 2,9% menjawab tidak tahu alias tidak menjawab. <br /><br />“Data tersebut linier dengan sikap responden ketika disodorkan nama pasangan calon yang ada, ternyata mayoritas responden atau sebanyak 40,9% tidak menentukan pilihannya,” katanya. “Sangat mungkin mereka akan golput,” lanjutnya. “Sisanya atau 59,1% menyebar ke tiga pasangan calon,” sergahnya.<br /><br />Rendahnya sikap masyarakat dalam menentukan pilihan ini lebih disebabkan rendahnya pemahaman dengan agenda pilkada. Umumnya para responden dalam tiga bulan terakhir hingga survei dilakukan, jarang menerima informasi seputar Pemilukada.<br /><br />“Lebih memprihatinkan lagi, mereka yang tahu pilkada Jombang paling banyak justru dari banner atau spanduk, yakni 46% responden,“ katanya. Ada juga yang mengetahui pilkada melalui televisi, radio, media cetak dan media lain. <br /><br />‘‘Media lainnya yang banyak menjadi sumber informasi seputar pilkada adalah kalender, namun sisanya sama sekali tidak tahu ada pilkada,“ katanya prihatin.<br /><br />Dengan fakta yang telah ada ini, ISNU Jombang tidak bisa menyembunyikan keprihatinannya seputar perhelatan pilkada Jombang, sehingga dikhawatirkan angka golput kian tinggi dibanding Pilkada 2008 yang kurang dari 30%. <br /><br />‘‘Padahal, pemilu merupakan hak politik setiap warga negara yang harus dihormati dan dilindungi,“ katanya. ‘‘Karena itu, sukses dan berkualitas tidaknya penyelenggaraan pemilukada di Jombang adalah tanggungjawab penyelenggara pemilu,‘‘ terangnya. <br /><br />‘‘Kurangnya pemahaman masyarakat seputar pemilukada harus segera dicarikan jalan keluarnya, sehingga rakyat mengetahui hak-hak politiknya,“ katanya. ‘‘Dan perlu diingat bahwa sukses tidaknya pilkada bukan semata-mata dilihat dari terpilihnya bupati dan wakil bupati dalam pemilukada yang berjalan aman dan lancar, tapi harus pula dilihat seberapa besar partisipasi masyarakat dalam memilih pemimpinnya,“ lanjutnya. <br /><br />Karena semakin tinggi partisipasi masyarakat, berarti pendidikan dan pemahaman politik yang dilakukan penyelenggara pemilukada akan terukur positif hasilnya. ‘‘Sebaliknya, semakin rendah partisipasi masyarakat dalam pemilukada berarti kegagalan penyelenggara pemilu dalam mengawal demokrasi di Jombang,“ pungkasnya. <br /><br /><br /><br /><strong>Redaktur : A. Khoirul Anam</strong><br /><strong>Kontributor: Syaifullah</strong></p>
