<div>Jakarta, <span style="font-weight: bold; font-style: italic;">NU Online</span></div><div>Tanggal 22 Maret diperingati sebagai Hari Air Sedunia. Hari Air Sedunia yang diinisiasi PBB, pertama kali diluncurkan tahun 1992. Peringatah Hari Air Sedunia penting dilakukan untuk meningkatkan kesadaran publik tentang air bersih.</div><div><br></div><div>Ketua LPBI PBNU, M Ali Yusuf mengatakan dari waktu ke waktu ketersediaan air bersih semakin menipis, sehingga akses masyarakat untuk mendapatkannya semakin berat.</div><div><br></div><div>"Air bersih harganya semakin mahal. Ke depan bisa jadi air hanya akan dinikmati segelintir orang yang memiliki kapital kuat," kata Ali di Gedung PBNU Kramat Raya Jakarta Pusat, Jumat (22/3) petang.</div><div><br></div><div>Terkait persoalan tersebut, Ali mengatakan Nahdlatul Ulama mempunyai keyakinan yang merujuk kepada Al-Qur’an bahwa air adalah sumber kehidupan. Hal itu menjadi fakta yang tak bisa dipungkiri karena baik manusia, hewan, tanah, tumbuhan membutuhkan air.</div><div><br></div><div>"Di dalam hadits dan ini sering disampaikan Ketum PBNU KH Said Aqil Siroj ada tiga hal yang tidak boleh dimonopoli pengelolaan dan penguasaannya yaitu hutan, dan terkait dengan lahan; air dan energi," katanya.<br></div><div><br></div><div>Susahnya akses masyarakat terhadap air bersih, lanjut Ali, seperti dialami di beberapa titik di Pulau Jawa, NTT, NTB, Bali yang mengalami defisit setiap tahun. Jumlah defisitnya mencapai total miliaran kubik. " Makanya di Jateng dan Jabar setiap tahun ada yang terjadi kekeringan, untuk mendapatkan air harus beli," ujar Ali.</div><div><br></div><div>Kondisi tersebut menjadi keprihatinan bersama. LPBI NU, kata Ali, telah bekerjasama dengan banyak pihak mengantisipasi persoalan tersebut. Di antaranya menggulirkan program konservasi air. Melalui program ini LPBI NU hendak mewujdukan peningkatan kesadaran masyarakat dengan menggunakan air secara bijak.</div><div><br></div><div>"Di Gedung PBNU ini kalau kita lihat di kamar mandi, di tempat wudlu kita pasang poster 'gunakan air secukupnya'. Tetapi bukan hanya itu, yang penting juga adalah mendorong didapatkannya sumber alternatif air bersih. Ini ke depan harus didapatkan," papar Ali.</div><div><br></div><div>Salah satu yang dapat dilakukan untuk mendapatkan sumber alternatif air bersih adalah dengan panen air hujan. Air hujan yang melimpah harus ditampung dan diolah. Lebih-lebih dalam waktu panjang pun, air hujan tidak berubah kondisi dan kualitasnya. Jika diolah kualitas air hujan akan sama dengan air alkaline yang harganya mahal.</div><div><br></div><div>Selanjutnya adalah mendorong masyarakat untuk membuat biopori atau resapan air di sekitar rumah dan bangunan kantor. Hal itu agar ketersediaan bank air terus tercukupi.</div><div><br></div><div>"Ketika membuat rumah dan bangunan jangan selalu ditutupi semen dan cor. Harus ada lubang sebanyak mungkin untuk resapan air," katanya.</div><div><br></div><div>Upaya pengolahan yang sudah dilakukan LPBI NU adalah dengan menggandeng pesantren menyaring kembali bekas air wudlu. Menurut Ali, konsumsi masyarakat akan air wudlu cukup tinggi, padahal bekas air wudlu cenderung masih bersih. </div><div><br></div><div>"Di Pasuruan, Jawa Timur, LPBI NU mengolah kembali air bekas wudlu. Karena air bekas wudlu jia dikumpulkan dan diolah lagi dapat menjadi air layak minum selevel <span style="font-style: italic;">river osmosis, </span>ini di atas air biasa. Bahkan bisa juga hasil filtrasi sekelas air mineral," papar Ali.</div><div><br></div><div>Langkah-langkah tersebut membawa pesan utama bahwa setiap orang memiliki kesempatan dan hak yang sama dalam mengakses air bersih. "Sesuai tema besar Hari Air Sedunia tahun ini, <span style="font-style: italic;">air untuk semua</span>. Jadi semua orangpunya hak yang sama untuk mendapatkan air yang layak," pungkasnya. <span style="font-weight: bold;">(Kendi Setiawan)<br></span></div><div><br></div>
Nasional
HARI AIR SEDUNIA
Upaya LPBI NU Sediakan Sumber Air Alternatif
- Jumat, 22 Maret 2019 | 18:45 WIB
